BANTUL-Anak-anak terutama balita (bawah lima tahun), membutuhkan kebutuhan nutrisi yang tercukupi untuk perkembangannya. Tidak hanya itu, anak-anak pada usia tersebut juga perlu diperhatikan kondisi psikologisnya. Terutama pada anak-anak yatim piatu. Sehingga pengasuh anak di panti asuhan, harus mengerti tentang beberapa kondisi psikologis anak dan cara penanganannya.
Anak-anak kecil yang sudah memiliki latar belakang berbeda dengan anak-anak pada umumnya, seperti anak yatim atau piatu, anak diluar nikah, tentu sudah memiliki beban psikis sejak kecil. Salah satu psikolog dari komunitas Morfosa, Pihasni Wati MA, mengungkapkan bahwa sejak dalam kandungan, bayi pada usia 20 minggu sudah memiliki emosi.
“Tiap perasaan-perasaan yang dirasakan si ibu juga akan berpengaruh ke sang bayi. Makanya kalau si ibu hamil stress dan depresi, anak juga terpengaruh. Seperti contohnya dengan menendang-nendang. Ibu hamil yang stress, juga cenderung melahirkan anak-anak yang depresi,” jelas Hasni dalam pelatihan pengasuh panti yang diadakan oleh Tim PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) UMY di Panti Asuhan Yatim Piatu & Dhu’afa Mustika Tama, Cemplung, Padokan Kidul, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta pada Selasa (7/6/2016).
Dalam menangani masalah tersebut, sang anak harus mendapatkan kasih sayang yang cukup. Sehingga pengasuh anak, terutama anak-anak di panti asuhan, harus memperhatikan beberapa aspek. Utamanya seorang pengasuh harus memastikan dirinya memiliki stock kasih sayang yang cukup, sebelum memberikan kasih sayang ke anak-anak. “Kita juga harus sadar stock kasih sayang yang kita miliki. Kalau kita sedang memiliki perasaan sedih, kecewa atau marah, kita harus sadar akan kondisi kita tersebut. Kita harus mengembalikan lagi ke Allah SWT, dan meminta supaya stock kasih sayang kita kembali diisi,” jelas Hasni.
Faktor selanjutnya menurut Hasni adalah pengasuh anak harus memahami kebutuhan dasar anak usia awal. Yang anak-anak butuhkan pada usia tersebut adalah rasa aman dan percaya. Pengasuh dapat menumbuhkan rasa percaya dan aman pada anak dengan cara positif wajah dan positif kata-kata.
“Dengan positif wajah, kita harus selalu tersenyum pada anak. Jangan menunjukkan ekspresi wajah yang tidak disukai anak, karena musibah juga bisa berawal dari wajah. Kalau kita sudah menunjukkan ekspresi marah, psikis anak juga akan terpengaruhi. Sedangkan dengan positif kata-kata, kita harus dapat mengurangi memarahi dan memaki anak, bahkan memukul mereka. Yang harus kita berikan adalah kata-kata positif untuk dapat mendorong mereka,” tegas Hasni.
PKM yang dilakukan oleh lima mahasiswa UMY tersebut merupakan PKM bertema Pengabdian pada masyarakat (PKM-M). Lima mahasiswa tersebut terdiri atas empat mahasiswa PSIK dan satu mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam yang antara lain Novelinda Permata Sari, rahmat Arifin, Dzikri Abdillah, Astri Sulistiyaningrum dan Pujie Sukmi. Kegiatan PKM Pengabdian mereka berjudul Pelopor Rumah Pintar (Perumpi) Peduli Anak Goes to Panti dalam Membentuk Pengasuh Anak Bangsa Berkarakter (Deansa).
caption foto : Para pengasuh Panti Asuhan Mustika Tama saat sedang mengikuti pelatihan pengasuh panti yang diadakan oleh tim PKM-M UMY