YOGYAKARTA.suaramuhammadiyah.id-Cendekiawan Muslim Indonesia, Prof Amin Abdullah menyatakan bahwa secara geografis, posisi Indonesia sebagai Negara maritim mampu membawa banyak dampak positif. Utamanya dalam hal membentuk kultur masyarakat yang berpijak pada nilai-nilai komunal, suka bekerja sama dan hidup dalam keragaman. Hal itu dikatakan dalam sesi Transformsi Nilai Ketuhanan dalam Kehidupan Bernegara, acara Pengajian Ramadhan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhammadiyah, di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat (10/6).
“(Sebagai Negara) kepulauan membentuk cara berpikir. Terpisah-pisah tapi menyatu. Yugoslavia terpisah karena bentuk continental. Psikologi orang-orang continental ketika ada konflik, maka penyelesaiannya dengan membikin tembok. Tembok Berlin, tembok Cina,” ungkap Mantan Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah itu.
Bagi Amin Abdullah, Negara Indonesia memiliki modal yang sangat besar sebagai Negara kepulauan (archipelago), memiliki 17.000 pulau besar dan kecil, bentangan yang menyamai dari London ke Instanbul atau setara 5,8 juta kilometer persegi, serta memiliki lebih dari 300 suku dan bahasa.
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga itu menguraikan beberapa karakteristik dari budaya archipelago atau kepulauan. Di antaranya memposisikan tanah air dan budaya laut sebagai pemersatu, bukan pemecah belah; penduduknya siap menerima kehadiran orang lain atau pendatang; sikap diversitas dan kebhinnekaan adalah wajar; lebih mengutamakan kerjasama, bukan permusuhan, baik dengan penduduk setempat maupun dengan pendatang; memiliki budaya saling menerima, bukan berkonflik; serta tidak bisa membuat tembok pemisah.
Indonesia bagi Amin Abdullah memiliki peluang besar dengan adanya civil society terbesar di dunia, yaitu Muhammadiyah dan NU. Demikian halnya dengan adanya Perguruan Tinggi Agama Islam baik negeri maupun swasta yang membumikan keagamaan yang moderat, serta mengumandangan pentingnya konstitusi, demokrasi, pluralitas, inklusifitas dan HAM dalam bingkai keindonesiaan, keislaman dan kemoderenan.
Selain memiliki peluang, bukan berarti Indonesia tidak memiliki ancaman dan tantangan. Beberapa ancaman eksternal dan internal, di antaranya konflik internasional di dunia muslim, gerakan takfiriyah, hubungan antar umat beragama, ketidakstabilan politik dan kelemahan tata kelola pemerintahan di Negara nation state, serta belum tersampaikannya 3 R kepada rakyat, yaitu right, recognition dan redistribution (Ribas).