AUM Kesehatan sebagai Media Dakwah Persyarikatan

AUM Kesehatan sebagai Media Dakwah Persyarikatan

YOGYAKARTA.suaramuhammadiyah.id-Persyarikatan Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan sebagai sarana untuk menyuburkan dakwah amar makruf nahi mungkar atau dakwah pada keadilan dan meruntuhkan kezaliman. Berangkat dari asas ini, maka keseluruhan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang tersebar dalam berbagai bidang harus tetap berada pada jalur yang dicita-citakan. Termasuk AUM kesehatan di bawah Majelis Pelayanan Kesehatan Umum (MPKU) yang telah berjumlah 105 Rumah Sakit dan 350 klinik.

Tak hanya dari sisi jumlah bangunan fisik, Muhammadiyah dalam bidang kesehatan telah memiliki banyak konstribusi dan masih menyimpan banyak potensi. Setiap tahun, ada lebih dari 600 dokter lulusan dari sepuluh fakultas kedokteran yang dimiliki Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah. Namun, potensi itu belum teroptimalkan dengan baik. Bahkan dalam banyak kasus, klinik-klinik kesehatan yang dikelola oleh Muhammadiyah masih kekurangan tenaga dokter.

“Mari sekarang semua ikut memikirkan, AUM sebagai garda depan. Terutama di lapangan banyak masalah. Banyak teman-teman lain yang masuk ke AUM,” ungkap Agus S Dunda, wakil MPKU PP Muhammadiyah dalam sesi Sinergi Implementasi Perkaderan di Amal Usaha Kesehatan, acara Pengajian Ramadhan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di gedung AR Fakhruddin B Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (11/6/2016).

Menurut Agus, karena sejak awal Rumah Sakit Muhammadiyah-Aisyiyah (RSMA) dan klinik dimaksudkan dikelola dengan nilai-nilai luhur yang dipahami Muhammadiyah, maka harus ada perkaderan bagi para pengelola RSMA/Klinik. “Ini harus dijadikan actus ethic para kader-kader Muhammadiyah dalam bermuhammadiyah. Dalam AUM, komitmen dalam bermuhammadiyah harus ditegakkan.  Menjadi pegawai AUM otomatis berideologi Muhammadiyah,” tuturnya.

Bagi Agus S Dunda, permasalahan adanya pihak luar Muhammadiyah yang bekerja di AUM Kesehatan Muhammadiyah dan kemudian tidak sejalan dengan cita-cita dakwah Muhammadiyah karena persoalan perkaderan bagi pengelola kesehatan. “Jika secara ideologis tidak tuntas, maka akan jadi problem. Meskipun bukan dari kader resmi Muhammadiyah. Minimal suka dengan Muhammadiyah. Kalau tidak suka bagaimana bisa memajukan Muhammadiyah,” katanya kepada seluruh peserta pengajian dari seluruh propinsi dan Majelis serta Lembaga PP Muhammadiyah (Ribas).

Exit mobile version