YOGYAKARTA.suaramuhammadiyah.id-Acara Sosialisasi Pancasila, UUD NKRI dan Bhineka Tunggal Ika yang lebih dikenal dengan nama Sosialisasi 4 Pilar kali ini diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kota Yogyakarta. Berawal dari kegelisahan masyarakat terhadap banyaknya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, maka PDNA Kota Yogyakarta mengambil tema “Optimalisasi Peran Ketahanan Kebangsaan Melalui Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak”. Acara ini dilaksanakan pada Jumat, 10 Juni 2016 di aula gedung Muhammadiyah Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta, yang diikuti lebih dari 50 peserta terdiri dari beberapa organisasi otonom Muhammadiyah di antaranya IMM, PM, dan NA cabang atau ranting.
Sebagai pembicara, M. Afnan Hadikusumo, anggota MPR RI dapil DIY mengungkapkan bahwa kondisi masyarakat saat ini diresahkan oleh orang-orang yang bertanggung jawab. Seperti kejadian pembacokan di Kulon Progo, di Bengkulu terhadap Yuyun, kasus Eno di Banten, dan banyak kekerasan lain yang korbannya merupakan kebanyakan perempuan dan anak.
Menurut Afnan, kekerasan pada perempuan dan anak ini bermula dari kondisi ekonomi kemudian berakibat pada tekanan psikologis sehingga membuat suatu karakter yang buruk. Beliau juga menambahkan bahwa perempuan dan anak merupakan kelompok rentan pada kekerasan dan kejahatan, oleh karena itu perancang UU melakukan penghapusan UU kekerasan perempuan dan anak. Hak, tugas dan kewajiban telah diatur pada UU kemudian sanksi juga telah diatur didalamnya.
Pemateri kedua disampaikan oleh Ashad Kusumajaya dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta. Menurutnya, simbol jilbab itu melindungi perempuan sebagai bahan eksploitasi dan melindungi diri dari bahaya-bahaya lain. Banyak hal lain yang bisa menjadi simbol sebagai pelindung kekerasan terhadap perempuan, maka menjadi kaum agamawan menjadi pandangan yang objektif bagi masyarakat. Peran agama menjadi sangat berpengaruh pada kekerasan terhadap perempuan dan anak. Bagi Asad, jilbab itu satu paket dengan 3 problem kebangsaan yaitu narkoba, korupsi, dan pornografi yang mempengaruhi kekerasan perempuan dan anak. Maka NA harus melakukan jihad anti narkoba, anti korupsi, dan anti pornografi.
Pemateri ketiga yaitu Khusnul Khotimah dari Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah menyatakan banyak kegiatan Nasyiatul Aisyiyah yang membela perempuan dan anak. Contoh kegiatannya yaitu Pashmina yang telah dilakukan rutin di alun-alun kidul Kota Yogyakarta, seminar fiqih estetika, aksi kekerasan perempuan dan anak di Lampung, kegiatan parenting, dan sebagainya. “Berbicara tentang ketahanan bangsa harus dipikirkan karena perempuan memiliki andil untuk peradaban bangsa, dimulai dari individu adalah konsep diri, kemudian ketahanan keluarga, keluarga menjadi pelindung,” paparnya (Lusiana).