“Ukhuwah Islamiyah tidak mesti menghapus ikatan-ikatan primordialisme,” ungkap Prof Dr Yunahar Ilyas, M.Ag pada pembukaan Pengajian I’tiqaf Ramadhan Ke-34 di Pondok Pesantren Budi Mulia, (26/6). Pengajian I’tiqaf Ramadhan ke-34 dilaksanakan mulai tanggal 26 juni – 05 juli 2016.
Yunahar Ilyas selaku Direktur Pondok Pesantren Budi Mulia menjelaskan bahwa PIR bukan wadah untuk melahirakan kader dan muballigh melainkan. Melahirkan cendekiawan muslim yang ahli di bidangnya masing-masing, menjadi pribadi yang memiliki pandangan dan tingkah laku yang mencerminkan seorang muslim yang memiliki wawasan yang utuh tentang Islam serta menjadi penggerak dalam lingkungan masyarakat. Yang nantinya mampu menggabungkan antara zikir dan fikir.
“Umat muslim saat ini sedang mendapatkan cobaan, seperti konflik yang terjadi di Suria, Mezir, Yaman, dan Irak. Bagi kita umat muslim yang ada di Indonesia, jangan sampai kita mendapatkan informasi yang tidak benar terhadap konfil-konflik yang melanda umat islam di belahan dunia lain, sehingga kita perlu melakukan tabayyun terhadap informasi yang kita terima,” ungkap Yunahar.
Menurut Yunahar, untuk mengatasi masalah ini, umat Islam perlu memperkuat ukhuwah islamiyah. Ia berpesan bahwa umat Islam harus seperti dua tangan yang saling membantu dan saling melengkapi. Jangan jadi seperti dua telinga yang tidak akan pernah ketemu. “Bukankah seorang muslim diperintahkan untuk mencintai sodaranya melebihi kecintaannya terhadap dirinya sendiri?” imbuhnya.
Selain itu ia juga menuturkan bahwa banyak Hadits Rasulullah yang mengajarkan kepada kita bagaimana membangun ukhuwah islamiyah, salah satunya juga adalah kita diperintahkan untuk mendahulukan kepentingan orang lain walaupun kita membutuhkan.
Akan tetapi, ungkapnya, dalam membangun ukhuwah Islamiyah tidak harus menghapuskan ikatan primordialisme, seperti ormas-ormas, partai-partai dan kelompok-kelompok. “Al-Qur’an mengakuinya, bahwa kita diciptakan bersuku-suku, berbangsa-bangsa untuk saling kenal-mengenal (ta’aruf),” tutur Yunahar.
Karena, tandasnya, dengan berta’aruf maka kita akan saling memahami (membangun tafahum). “Dengan saling memahami sesama umat islam terkhusus peserta PIR 34 maka kita akan tergerak untuk saling tolong-menolong (ta’awun). Sehingga nantinya mampu takaful (memberikan jaminan) kepada sesama,” tandasnya (Ilham Kamba).