Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd.
La Ilaha Illallah, tiada Tuhan Yang disembah melainkan Engkau ya Allah, seluruh hidup kami, lahir batin, hanyalah dalam rangka beribadah kepada-Mu semata. Seluruh yang kami rasakan, yang kami pikirkan, yang kami ucapkan dan yang kami lakukan, hanyalah semata-mata untuk mencari ridha-Mu ya Allah.
Alhamdulillah, segala puja puji hanya dipersembahkan kepada-Mu ya Allah. Tidak ada yang berhak dipuji selain Engkau, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya.
Sidang ‘Id yang berbahagia!
Pada hari ‘Idul Fitri ini kita bergembira, seperti gembiranya orang yang sedang berbuka puasa, dan kita sedang menunggu kegembiraan yang lebih besar lagi, yaitu saat bersua dengan Allah SwT. Rasulullah saw bersabda:
“Orang yang berpuasa itu memiliki dua kegembiraan, yaitu saat berbuka puasa dia bergembira dengan makanannya, dan jika bersua Rabbnya dia bergembira dengan puasanya” (H.R. Bukhari Muslim)
Kegembiraan orang yang berpuasa saat berbuka merupakan kegembiraan yang alami, karena dia mendapatkan kebebasannya kembali dari apa yang tadinya dilarang. Kegembiraan berbuka puasa juga merupakan kegembiraan yang relijius, karena dia berhasil menyelesaikan ibadah puasanya.
Sebulan lamanya kita berjuang melawan hawa nafsu kita sendiri. Sekarang apakah kita termasuk orang-orang yang kembali dari medan juang dengan kemenangan, sehingga pantas menerima ucapan “minal ‘aidin wal faizin”?
Tentu tidak mudah menjawabnya. Kita perlu meninjau dan mengoreksi diri kita masing-masing, apakah ibadah puasa sudah betul-betul kita kerjakan dengan iman dan ihtisaban atau kita hanya termasuk orang-orang yang hanya berpayah-payah menahan lapar dan haus tanpa arti yang bermakna.
Rasulullah saw sudah menjanjikan, siapa yang puasa bulan Ramadhan dengan iman dan ihtisaban akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. Dalam hadits lain dikatakan oleh beliau, siapa yang mendirikan malam Ramadhan dengan iman dan ihtisaban diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. Dengan arti kata, kalau kita berhasil mencapai seperti yang dijanjikan oleh Rasulullah saw tersebut, tentu pada hari ini kita bebas dari segala macam dosa.
Kembali seperti seorang bayi yang baru dilahirkan ke dunia. Bersih, Suci, Fitrah. Itulah sebabnya Hari Raya ini dinamai ‘Idul Fithri, artinya kembali ke fitrah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa Lillahilhamd.
Setelah kembali ke fithrah, kembali suci seperti hari pertama dilahirkan oleh ibu, maka marilah mencoba mengamati dan merenungkan dengan hati yang suci dan pikiran yang jernih, keadaan bangsa Indonesia, khususnya umat Islam setelah dilanda oleh berbagai macam krisis belakangan ini. Bermacam-macam krisis mendera kita berkepanjangan. Mulai dari krisis politik, krisis hukum, krisis kepercayaan sampai kepada krisis moral, juga krisis rasa aman. Juga krisis di lapangan olah raga. Bangsa ini terasa semakin miskin prestasi, namun selalu suka bertikai.
Semua krisis itu membuat bangsa kita terpuruk, tidak dapat menegakkan kepala sebagai khaira ummah, sekalipun mayoritas bangsa Indonesia adalah kaum Muslimin.