Sidang ‘Id yang berbahagia!
Seperti telah disebutkan sebelumnya, pada dasarnya Islam menginginkan kedamaian dan perdamaian, tetapi untuk alasan tertentu perangpun diizinkan. Pertama, perang diizinkan untuk membela diri. Apabila umat Islam dianiaya, diusir dari negeri mereka sendiri atau diserang oleh musuh. Allah berfirman:
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Qs Al-Hajj [22]: 39-40).
Kedua, untuk menjamin kebebasan beragama. Islam memang tidak membenarkan pemaksaan untuk masuk agama, tetapi juga tidak membenarkan pemaksanan untuk tidak beragama. Semua kekuatan yang menghalang-halangi kebebasan beragama, dan menghalang-halangi umat Islam dalam menjalankan ajaran agamanya boleh diperangi.
Al-Qur’an menyebut tindakan menghalangi kebebasan beragama itu dengan fitnah yang harus diperangi. Allah berfirman:
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (Qs Al-Anfal [8]: 39)
Dalam berperang setiap Muslim harus selalu menunjukkan akhlak yang tinggi karena perang dalam Islam mempunyai tujuan mulia untuk menegakkan keadilan, membela kebenaran dan menjamin kebebasan beragama. Tujuan yang mulia itu harus dilaksanakan dengan cara yang mulia pula. Oleh sebab itu Islam memberikan rambu-rambu yang harus dipatuhi oleh setiap pasukan Muslim dalam perang.
Dengan memahami Surat Al-Baqarah ayat 191-193 para mufassir menjalankan rambu-rambu tersebut: (1) Tidak boleh melakukan tindakan yang melampau batas seperti bertindak kejam dan sadis; (2) Tidak boleh membunuh orang-orang yang lemah seperti anak-anak, orang-orang tua, kaum perempuan, orang-orang yang sedang sakit, orang-orang yang tidak turut berperang, musuh-musuh yang menyerah dan lain-lain; (3) Tidak boleh merusak tanam-tanaman, hewan ternak, rumah-rumah penduduk, bangunan umum dan lain-lain yang tidak ada hubungan langsung dengan peperangan; (4) Tidak boleh beperang disekitar Masjid Haram, kecuali kalau pihak musuh memerangi kaum Muslimin di tempat suci tersebut; (5) Tidak boleh menyerang jika pihak musuh sudah menghentikan peperangan; dan (6) Mengadakan perdamaian yang didasarkan kepada ketentuan-ketentuan yang wajar dan adil dan menghentikan permusuhan kecuali terhadap orang-orang yang masih membangkang.
Mari kita lihat peperangan modern yang dilakukan oleh umat manusia sekarang ini, apakah sudah sesuai dengan etika perang menurut Al-Qur’an. Betapa banyak jatuh korban sipil di dalam perang yang sekarang ada Irak, Suriah, ataupun Yaman. Juga di bagian bumi lainnya yang dilakukan oleh pihak yang mengaku memimpin peradaban dunia ataupun oleh mereka yang mengaku beragama Islam dan oleh kelompok Islam.
Begitulah konsep damai, perdamaian dan kedamaian dalam idealitasnya seperti yang dituntunkan oleh Al-Qur’an, tinggal bagaimana kita sebagai pemeluk Islam membuktikannya kepada dunia, bahwa kita umat Islam mencintai kedamaian. Tidak hanya umat Islam, seluruh warga dunia tentu merindukan kedamaian walaupun tidak secara absolut di atas permukaan bumi ini.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa Lillahilhamd.
Sebagai orang yang beragama, semua harus optimis bahwa bangsa Indonesia dan masyarakat dunia ini akan kembali mendapatkan rasa aman. Kita tidak boleh bersedih apalagi berputus asa.
Akhirnya, marilah kita bermunajat ke hadirat Allah SwT, memohon ampun dosa dan memohon kekuatan lahir dan batin bagi keselamatan hidup kita di dunia dan akhirat:
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa-dosa kedua orang tua kami serta rahmatilah mereka sebagaimana mereka telah membimbing kami sejak kecil. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dan dosa-dosa orang-orang yang beriman kepadaMu, laki-laki dan perempuan, baik yang masih ada maupun yang telah tiada.
Ya Allah, terimalah segala amal ibadah kami pada Bulan Ramadhan. Berilah kami kemampuan untuk memaknainya dan kemampuan mengamalkan makna-makna itu dalam kehidupan nyata pada masa akan tiba.
Ya Allah, berilah kami kekuatan lahir dan batin untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Berilah kami kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada atas bimbingan wahyu-Mu.
Ya Allah, limpahkanlah atas kami ketetapan hati untuk bangkit dari keterpurukan. Berilah kami hikmah kebijaksanaan untuk menggalang kebersamaan untuk mewujudkan Indonesia berkemajuan.•
————————————————–
Prof Dr H Yunahar Ilyas, Lc, MAg, Ketua PP Muhammadiyah, Wakil Ketua Umum MUI