Di antara warga bangsa juga kehilangan kepekaan, pemihakan, kepedulian, empati, dan sikap saling berbagi terhadap mereka yang nasibnya malang dan menderita. Sebagian elite dalam mengemban amanat sekadar formalitas dan mereka mengidap penyakit tamak hingga lalai mengurus rakyat. Narkoba, kriminalitas, dan kekerasan masih mewarnai kehidupan sosial di banyak tempat, yang kondisinya berada di garis merah. Termasuk kekerasn terhadap anak dan perempuan yang sangat memprihatunkan. Politik cenderung liberal hingga marak politik uang dan anarkisme. Atasnama kebebasan segala hal boleh dilakukan seperti tuntutan hak kaum lesbi, gay, dan biseksual yang dapat merendahkan martabat bangsa.
Sikap negatif seperti itu mekar karena nilai-nilai agama dan budaya luhur bangsa terpinggirkan dari kehidupan. Agama sekadar ritual dan seremonial belaka. Budaya luhur pun hanya dijadikan simbol kebanggan semata. Mudah-mudahan kaum Muslimun di negeri ini, terbebaskan dari hal-hal buruk semacam itu, sebaliknya menjadi teladan terbaik dalam mewujudkan perilaku bertakwa bagi kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat, dan berbangsa.
Jama’ah Shalat Id rahimakumullah!
Marilah kita jadikan momentum Ramadhan dan Idul Fitri ini untuk melakukan pencerahan diri membangun pribadi yang utama dalam basis takwa. Mari kita jadikan sepanjang bulan ke depan sebagai Ramadhan dan Idul Fitri untuk menjadikan diri kita selaku manusia yang bersih lahir-batin, gemar beribadah, berlomba-lomba dalam amal shalih, dan tampil menjadi manusia yang bertakwa di dunia nyata. Nabi bersabda yang artinya: ”Sekiranya manusia mengetahui kebajikan-kebajikan yang dikandung bulan Ramadhan, tentulah mereka mengharap-harap supaya Ramadhan berlaku sepanjang tahun,” (HR Ibn Abdi Dun-ya).
Kita harus istiqamah untuk terus menanam benih-benih kebaikan dalam hidup yang tidak terlalu lama ini, sehingga ketika menghadap keharibaan Allah sudah berbekal amal shalih dan menutup lembaran hidup ini dengan husnul khatimah. Kita tidak tahu kapan Allah mengambil ajal kita, bahkan siapa tahu tahun depan di antara kita sudah tidak bisa lagi beridul fitri di lapangan ini, karena hidup dan mati kita sepenuhnya di sisi Allah. Jangan menunda-nuda waktu untuk berbuat kebaikan karena kita sungguh tidak tahu ambang batas hidup ini. Karena itu jadikan sepanjang hidup ini penuh arti dengan Islam, Iman, Ihsan, dan Takwa yang sejati sehingga ketika ajal tiba semuanya telah siap dan berujung di maqom husnul khatimah.
Akhirnya, marilah kita bermunajat kepada Allah dengan khusyuk dan penuh pengharapan, semoga seluruh amal ibadah kita di bulan Ramadhan dan Idul Fitri ini semakin bermakna dan diterima di sisi Allah, serta di Hari Akhir nanti menjadi jalan meraih surga jannatun na’im dalam rengkuhan Ridha dan Fadhilah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Marilah di akhir Khutbah ini kita bermunajat kepada Allah SwT agar kita selalu berada di jalan-Nya dan meraih ridha serta karunia-Nya.•
————————————
DR H Haedar Nashir, Msi, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.