Oleh : Mustofa W Hasyim
Idul Fitri: Menggembirakan, Membahagiakan dan Mengharukan
Idul Fitri adalah hari yang menggembirakan dan membahagiakan sekaligus mengharukan. Betapa tidak, tugas berat menahan hawa nafsu selama sebulan telah usai dan hari kemenangan bagi jiwa yang suci telah tiba. Hubungan manusia dengan Tuhan Allah SWT telah diperbaiki dengan sebaik-baiknya dan hubungan dengan sesama manusia juga telah terjalin kembali. Sebab jiwa yang suci bagi pemenang Ramadhan selalu terbuka dan menjadi lebih lembut serta lebih sensitif dalam mendengarkan suara dari langit maupun suara-suara dari bumi. Perintah dan larangan Tuhan menjadi makin jelas maknanya. Jerit dan keluh kesah para tetangga, sesama umat dan sesama manusia juga makin nyaring terdengar di telinga. Bahkan teriakan minta tolong dari lingkungan alam dan lingkungan sosial maupun lingkungan budaya yang makin rusak pun mampu didengarkan dengan jelas. Termasuk suara-suara binatang yang makin kehilangan habitatnya karena dirampas secara kejam oleh manusia.
Idul Fitri juga merupakan hari yang mengharukan. Betapa tidak, selain manusia kembali mengenal dirinya sendiri, ia juga mampu mengenali kembali orang lain yang barangkali selama ini disia-siakan. Lewat silaturahmi, lewat kunjung-mengunjungi untuk saling memaafkan, lewat pertemuan di lingkungkan kampung, di mushola, di masjid-masjid atau pertemuan antar kerabat saudara dalam bentuk bani dan trah dan pertemuan kerabat sesama profesi dan seperjuangan di organisasi maka terasa betapa damai hidup ini. Hidup yang tanpa dinodai oleh permusuhan, tanpa memusuhi dan tidak dimusuhi. Yang ada hanya perasaan saling menghargai, saling menyayangi dan saling mencintai. Perasaan positif yang seperti itu siap diproduktifkan dalam hari-hari selanjutnya dalam bentuk saling bekerjasama dan saling tolong menolong. Saling memikul beban hidup dan saling mendorong untuk maju dan meningkatkan kualitas hidupnya bersama-sama.
Idul Fitri pun terasa mengharukan karena kita semua pada hari itu telah berpisah dengan bulan Ramadhan, bulan mulia yang penuh berkah, rahmat dan ampunan. Bulan ketika hati, mulut, telinga, mata, tangan dan kaki menjadi ringan dan mudah untuk diajak beribadah. Bulan ketika pahala tersebar dan ada di mana-mana seperti musim panen buah-buahan yang lezat dalam sebuah kebun yang amat luas. Bulan yang penuh kemuliaan, ketika pintu doa dan pintu rejeki terbuka lebar-lebar di langit dan di bumi. Bulan yang produktif untuk melipatgandakan amal ibadah dan amal sosial. Bulan ketika pintu surga dibuka lebar-lebar sehingga baunya yang harum dapat dicium oleh ruh dan jiwa yang bersih yang senantiasa berdoa dan berdzikir. Bukan ketika pintu neraka ditutup sehingga setan-setan pengganggu manusia pun terpenjara, tidak bergerak karena terhalang oleh udara dan eter dari segala kebaikan amal manusia di muka bumi. Bulan yang begitu tinggi nilainya ini pada Hari Raya Idul Fitri telah pergi, untuk kemudian tahun depan datang lagi untuk membebaskan manusia dari perbudakan nafsu atas jiwa, perbudakan materi atas ruh dan perbudakan kenikmatan duniawi atas keindahan pengabdian menjadi hamba Allah semata.
Reislamisasi, Agenda Mendesak Masyarakat Kota
Lantas apa yang perlu dikerjakan pasca Hari Raya Idul Fitri? Pasca merayakan hari kemenangan jiwa atas nafsu merupakan hari-hari biasa, hari-hari yang penuh perjuangan kembali. Manusia harus kembali berkaca pada hati nuraninya, dan bergerak atas panggilan jiwanya. Manusia harus berjuang kembali untuk memenuhi kebutuhannya dan untuk mengkonkretkan kepentingannya. Manusia harus kembali berjuang sesuai dengan keyakinan agamanya dan kemampuan profesionalnya. Manusia pun harus berjuang untuk menyelamatkan keluarganya dari berbagai godaan dan menyelamatkan masyarakatnya dari berbagai kemungkinan penyimpangan. Dan kita semua yang menjadi aktivis organisasi keagamaan pun harus terus berjuang untuk melaksanakan program organisasi, denan taktik, dengan strategi jitu sehingga hasilnya pun dapat dirasakan oleh masyarakat. Sebagai aktivis organisasi kita semua dituntut untuk melayani umat, menyantuni umat dan mendampingi umat Islam dan umat manusia, terutama mereka yang nasibnya kurang baik, mereka yang marjinal atau terpinggirkan, dan mereka yang popular disebut dengan kelompok dluafa dan mustadl’afin.
Semangat untuk senantiasa melayani, menyantuni dan mendampingi umat inilah yang perlu senantiasa ditumbuhkan dan dijaga. Kita semua adalah khodimul ummah, bukan amirul ummah. Kita semua adalah pelayan umat, bukan tuan umat.
Dengan semangat melayani, menyantuni dan mendampingi umat ini maka kalau kita mencermati kebutuhan mendesak dari dakwah kita di kota Jogjakarta sekarang maka ada satu kebutuhan mendesak yang sepertinya sederhana tetapi cukup sulit dan mulia untuk dipenuhi. Yaitu kebutuhan akan program reislamisasi (memanggil kembali untuk lebih masuk ke dalam Islam) bagi masyarakat kota, terutama masyarakat pinggiran termasuk masyarakat di lembah Code yang beberapa tahun lalu pernah mengalami gempuran permurtadan oleh kelompok agama lain. Waktu itu memang terasa banyak yang kemudian menjadi terpengaruh. Akan tetapi alhamdulillah, akhir-akhir muncul kesadaran baru di kalangan mereka. Sebab sebelumnya mereka adalah pemeluk Islam dan orangtua mereka pun beragama Islam. Ketika pengaruh dari agama lain itu menipis dengan meninggalnya tokoh penggerak pemurtadan itu, maka mereka pun ingin sekali kembali kepada pangkuan Islam. Ini harus cepat-cepat ditanggapi. Kalau perlu segera dirumuskan program terpadu yang bersifat responsif atas tantangan (crash program) untuk menyambut keinginan mereka. Yaitu program reislamisasi.
Dalam konteks inilah kegiatan dakwah pelayanan (kesehatan, pendidikan, siraman ruhani, hiburan dan seni), dakwah penyantunan (ekonomi, psikologi, sosial, permidalan) dan dakwah pendampingan (ekonomi, sosial, budaya, agama, dan kemanusiaan) sangat diperlukan. Dalam kasus tertentu barangkali jga diperlukan dakwah pembelaan atau dakwah advokasi. Sebab mereka yang terpinggirkan ini merupakan kelompok lemah yang sering menjadi korban penggusuran atau kebijakan pemerintah yang kurang arif sehingga merugikan mereka secara materiil dan immateriil. Semua jenis kegiatan dakwah di atas perlu disinergikan dan dikomprehesifkan untuk melengkapi dakwah penyiaran yang selama ini telah banyak dilakukan, tetapi sering kurang efektif untuk mengubah keadaan, untuk meningkatkan status mereka dari kelompok dluafa menjadi kelompok yang terentaskan secara ekonomi, sosial, budaya dan agama,
Semua itu sangat mungkin dilakukan karena umat Islam telah memiliki modal jaringan infrastruktur berupa jaringan masjid dan takmir masjid di sepanjang lembah Code. Jaringan infrastruktur ini perlu diefektifkan, misalnya dengan membentuk Forum Bersama Takmir Masjid Lembah Code yang proses pembentukannya disponsori dan didampingi oleh sebuah tim dari Muhammadiyah, misalnya dari Tim AMM, agar geraknya lebih gesit dan cekatan. Forum Bersama Takmir Masjid Lembah Code ini memiliki agenda nyata untuk menumbukan solidaritas antartakmir, sekaligus antarjamaah masjid di sepanjang lembah Code. Agenda berikutnya adalah merumuskan kebutuhan nyata bagi masyarakat lembah Code. Untuk ini dapat dirumuskan adanya kebutuhan-kebutuhan dasar (basic needs), juga kebutuhan yang lebih tinggi lagi, berupa kebutuhan untuk maju dan berprestasi (needs of achievement) untuk menuju masa depan yang lebih makmur, lebih adil dan lebih berjaya. Dari rumusan kebutuhan itu kemudian dijabarkan menjadi program-program. Program jangka mendesak (program yang amat urgen segera dipecahkan), program jangka pendek, program jangka menengah dan program jangka panjang. Desain program ini kemudian dapat dibaca dan dilengkapi lagi dengan berbagai instrument untuk melaksanakan program tersebut.. Termasuk instrument pelaku program, sasaran program, target program, instrument dana, perangkat, fasilitas, dan instrument monitoring dan control beserta instrument evaluasinya. Untuk seterusnya, saya kira para aktivis Muhammadiyah, termasuk dengan angkatan mudanya, terutama yang pernah berpengalaman bergerak di lingkungan LSM akan dapat merumuskan dan melaksanakannnya sendiri, karena mereka memang ahlinya. PDM sebagai organisasi induk tinggal memfasilitasi saja.
Tentu saja ada baiknya, agar masyarakat mudah tergerak untuk diajak ikut serta, dibutuhkan instrument pemersatu ide, semacam slogan yang memberi gambaran positif bagi masa depan mereka. Misalnya Menuju Lembah Code yang Relijius, Bersih dan berkemakmuran. Atau lainnya yang lebih sesuai.
Selain itu, untuk mempercepat proses pergerakan dakwah menyeluruh di lembah Code, jaringan antarranting Muhammadiyah, antarcabang Muhammadiyah beserta ortomnya, juga jaringan antarerte dan antarerwe, ditambah dengan jaringan ekonomi kerakyatan dan ekonomi keumatan dan jaringan remaja masjid dan jaringan lainnya juga perlu dilibatkan. Antarjaringan dapat berbagi agenda kegiatan dengan sasaran dan target yang berbeda-beda, tetai tetap memiliki tujuan yang sama. Yaitu menumbuhkan potensi umat di lembah Code dalam konteks reislamisasi yang menyeluruh. Konsep baldatun tayyibatun dan albaladul amin dapat diwujudkan menjadi sesuatu yangn nyata jika usaha dakwah menyeluruh ini mendapat dukungan yang luas dari kalangan masyarakat lembah Code ini. Ajaran Islam yang menebar rahmat, manfaat, dan nikmat betul-betul dilaksanakan sehingga masyarakat lembah Code nantinya memang betul-betul dapat merasaan nikmatnya beragama Islam, manfaatnya beragama Islam dan merasakan rahmat yang tiada putusnya dari pelaksanaan ajaran agama Islam itu.
Seandainya program Reislamisasi Lembah Code berhasil dilaksanakan sebagai program unggulan PDM Kota Jogjakarta, maka kemudian hari dapat diteruskan dengan pogram Reislamisasi di kampung yang lain yang selama ini juga sudah menunggu kegiatan serupa. Juga Lembah Winongo dan Lembah Gajah Uwong.