Oleh: Mustofa W Hasyim
Syawalan dalam pengertian Indonesia berarti pertemuan beberapa orang yang sudah terencana untuk bersilaturahim dan ikrar saling meminta maaf sekaligus merenda hidup dan langkah baru yang lebih baik dimasa depan. Pertemuan itu utamanya dilaksanakan di bulan Syawal, satu nama bulan dalam tahun Hijriyah, setelah bulan Ramadhan, atau bulan urutan ke sepuluh dalam setiap tahun Hijriyahnya.
Syawalan sudah merakyat dan mengIndonesia. Artinya satu kegiatan yang dilaksanakan di tingkat rakyat jelata sampai ke istana negara, dan jadi salah satu kegiatan khas Indonesia. Karenanya, kita tak akan menjumpai kegiatan serupa di Tanah suci Saudi Arabia atau lainnya. Syawaan ini sering pula disebut dengan Halal bil Halal atau Lebaran. Halal bil Halal, dengan harapan bisa saling memaafkan dan menghalalkan segala kesalahan yang mungkin telah diperbuatnya untuk kemudian merecanakan kehidupan lebih baik dimasa mendatang. Disebut lebaran karena dari kata bahasa Jawa Lebar yang berarti sesudah, yakni sesudah usainya Ramadhan umat islam melaksanakan ibadah suci di bulan Ramadhan. Sebagaimana kita ketahui, dalam bulan Ramadhan umat Islam melaksanakan ibadah puasa ditambah beberapa rangkaian ibadah lainnya. Seperti shalat (shalat wajib dan sunnah Taraweh), Zakat (Fitrah, Maal maupun shadaqah), I’tikaf ( berdiam dan tafak.ur di Masjid), Tadarus Qur’an (membaca, mendalami dan mengamalkan ajaran Qur’an), diakhiri dengan takbir (mengagungkan Asma Allah) serta shalat ‘Idul Fitri (Shalat Hari Raya kembali ke Fitrah).
Hari raya ‘Idul Fitri merupakan hari besar disamping Hari Raya ‘Idul Adha. Kalau Ramadhan bisa diartikan sebagai bulan Pembakaran (penataran, penggodogan), bulan Syawwal (sebagai peningkatan), maka ‘Idul Fitri diharapkan bisa kembali kepada fitrah manusia yang tidak sekedar suci (Thaharah) tetapi lebih dalam dari itu, bagai bayi yang baru lahir. Bayi serupa ini penuh kepolosan, keikhlasan dan siapapun yang memandangnya akan merasa senang. Tangis bayi yang baru lahir akan membahagiakan semua orang, terutama ibu yang sudah selama sekitar sembulan bulan mengandung dalam keadaan Wahnan’ala wahnin (sangat berat). Senyum ataupun tangis bahagia manusia fitrah akan menjadi dambaan setiap orang yang telah berjuang sunggguh-sungguh untuk menaklukan hawa nafsunya di bulan Ramadhan.
Allah dalam kitab suci Al-Qur’an surat (2) Al-Baqarah : 133-134 mengingatkan manusia untuk bersegera (tergopoh-gopoh) dalam meraih khususnya dua hal : Magfirah (ampunan Allah) dan Surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga ini disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, yakni orang orang yang : 1. Senantiasa menginfaqkan hartanya dijalan Allah (baik ketika senang maupun krisis, susah), 2. Senantiasa mampu menahan amarahnya serta 3. Dan senantiasa memberi maaf kepada orang lain, sebelum orang lain itu meminta maafnya. Orang-orang serupa ini disukai Allah dan Allah sangat suka orang-orang yang berbuat baik (muhsinin). Pada ayat ini dijelaskan betapa di satu bumi ini manusia tingal dan ada lagi beberapa langit yang bisa lebih diteliti lagi oleh manusia bumi.
Kebahagiaan manusia adalah bila mendapat maghfirah Allah dan mendapat kesempatan tinggal di bumi satu-satunya ini (tidak dipersona non gratakan) tidak diusir dari bumi ini karena akan kesulitan tinggal di bumi lain. Bila manusia mampu tinggal di bumi dan sukses di bumi insya Allah akan selamat diakherat kelangengan nanti. Standar sukses adalah bila hidupnya di dunia sesuai dengan tuntutan Maha Pencipta, senantiasa dekat dengan pencipta serta melaksanakan segala perintah menjauhi larangannya (taqwa). Karena memang bekal yang paling pas untuk menghadap pencipta adalah ketaqwaan kepada Allah swt.
Bagaimana tatacara taqwa dan berbuat dalam mengarungi alam dunia, bisa kita kaji dari ayat-ayat pada kitab Al-Qur’an beserta penjelasannya dalam hadits maupun dari para sahabat dan ulama. Qur’an adalah “Hudan Linnas” petunjuk bagi manusia (siapapun yang bernama manusia dan mau mendalami Al-Qur’an untuk diambil manfaatnya). Tidak sedikit manusia mendalami Al-Qur’an, terutama yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ruang angkasa. Ternyata formula Qur’an merupakan paradigma dan premis Iptek modern untuk mencari kemungkinan membangun real estate di ruang agkasa atau di dasar laut sebagai alternatif jalan keluar dari perkembangan manusia yang tak terhingga ini.
Al-Qur’an menyebut manusia sebagai mahluk yang memiliki kelebihan dibanding mahluk lain dan mendapat tempat terhormat (qs 17:70) dalam surat Attin, juga disebut sebagai mahluk yang terbaik.. Sering disebut Al karamah insaniyah yang dijabarkan dalam pengertian sebagai Ma’shum dan mukallaf. Ma’shum yang mempunyai hak hidup, hak memiliki, hak berketurunan, hak berfikir sehat, hak menganut keyakinan yang berada dalam ishmah perlindungan hukum Islam. Mukallaf artinya manusia yang diberi kehormatan untuk mengemban taklik atau penugasan dari Allah swt. Dengan pengertian ini, maka di bulan Ramadhan lalu, manusia dikembalikan pada tingkat kemuliaannya sehingga meningkat memasuki derajat fitrah. Asalkan mampu mempertahankan fitrah ini insya Allah akan mendapat maghfirah dan surga. Kuncinya mari kita lestarikan silaturahmi, dan kita lestarikan apa yang telah kita laksanakan sebagai rangkaian ibadah di Ramadhan lalu. Insya Allah akan muflihun, bahagia (Mustofa W Hasyim adalah budayawan Muhammadiyah).