SURAKARTA, suaramuhammadiyah.id — Gerakan kepanduan Hizbul Wathan (HW) didirikan dengan cara mengadopsi pikiran luar, yang kemudian diubah dan disesuaikan dengan ideologi Muhammadiyah. Hal ini disampaikan Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat memberikan ceramah pada Muktamar HW ke-3 di Surakarta, Kamis (14/7).
“Maka dengan cara berpikir seperti itulah Hizbul Wathan lahir sebagai wadah perkaderan dan kepanduan,” papar Haedar.
Kepanduan, lanjutnya, memiliki makna menjaga marwah dan martabat Muhammadiyah. Marwah sendiri berasal dari bahasa Arab yang asli maknanya mutiara, yaitu sesuatau yang langka dan merupakan sebuah kehormatan. “Tidak sekedar wadah kaderisasi, jauh dari pada itu HW, pasukan bela Negara, harus menjaga marwah dan martabat Muhammadiyah,” tutur Haedar.
Menurut Haedar, cara berpikir Muhammadiyah sebagaimana digambarkan pada pribadi Kiyai Dahlan sebagai pendirinya, sangatlah cerdas. Bahkan pada eranya, sambungnya, pikiran Dahlan itu melampaui zamanya. Terbukti beberapa tokoh pendiri bangsa seperti soekarno bagitu kagum terhadap pola piker Dahlan. Sampai pada waktunya Soekarno menyatakan diri sebagai kader inthilan Kiyai pendiri organisasi modern itu.
Karena itu, Haedar meneruskan, penting untuk menyakini bahwa Muhammadiyah adalah pelopor gerakan progresif. “Kita harus yakin Muhammadiyah itu pelopor gerakan progresif, pembaharuan, dan berkemajuan, yang tidak sebatas kata-kata tapi dibuktikan pada amal yang nyata,” pungkas Haedar (gsh),