suaramuhammadiyah.id,-Rasanya belum hilang ingatan public tentang kasus penembakan di kantor majalah satir Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang dan disusul oleh teror Paris yang menewaskan 130 orang pada November 2015 lalu, sebuah tragedy kemanusiaan kembali terjadi di Negara yang dipimpin oleh Presiden Francois Hollande. Peristiwa mengerikan yang terjadi saat Hari Libur Nasional (Bastille Day) di kota River, Nice, Prancis, Kamis malam (14/7) itu menggunakan sebuah truk lori yang ditabrakan pada kerumunan warga yang tengah berkumpul untuk merayakan Bastille Day.
Baca :Manager Nasution Pimpin Tim Evaluasi Pemberantasan Terorisme
Menurut laporan resmi, diketahui sopir tersebut merupakan seorang laki-laki dari Nice keturunan Tunisia, berusia 31 tahun. Penyerang tersebut baru berhenti setelah dihujani timah panas oleh pihak kepolisian. Akibat peristiwa ini, lebih dari 80 orang meninggal dan belasan lainnya mengalami luka kritis.
Ungkapan belasungkawa atas tragedy kemanusiaan ini datang dari berbagai pihak lintas Negara dan golongan. Salah satunya dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang menyampaikan simpati yang mendalam atas insiden teror truk di Negara yang memiliki terkenal dengan objek wisata menara Eiffel itu.
Baca: Harapan-Harapan Anggota Tim Evaluasi Pemberantasan Terorisme
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyampaikan bela sungkawa atas insiden tersebut. “Kami menyampaikan simpati dan bela sungkawa atas terjadinya kecelakaan di Prancis terutama kepada para korban dan keluarganya baik yang meninggal atau luka-luka,” ujarnya pada Jumat (15/7).
Baca: PP Muhammadiyah: Dunia Islam Juga Menjadi Korban Terorisme
Abdul Mu’ti berharap semua pihak berhati-hati dan tidak gegabah membuat pernyataan. Sampai saat ini, polisi masih menyelidiki terkait dengan ada tidaknya kaitan antara kejadian itu dengan tindakan terorisme atau murni kecelakaan. Untuk itu, semua pihak perlu bersabar dan menyerahkan penanganan pada otoritas keamanan Perancis. “Sangat naif kalau langsung mengaitkan setiap kejadian yang melibatkan Muslim sebagai tindakan terorisme,” kata Mu’ti (Ribas).