UNISA dan Upaya Mewujudkan Perempuan Indonesia Berkemajuan

UNISA

Gedung Univeritas Aisyiyah Yogyakarta. Bukti nyata Kiprah Perempuan Islam Berkemajuan di Indonesia

UNISA dan Upaya Mewujudkan Perempuan Indonesia Berkemajuan

Oleh: Aditya Pratama, editor kepala di penerbit buku suara muhammadiyah

Salah satu usaha yang digalang oleh perempuan dari lingkaran Muhammadiyah (di antaranya dari ‘Aisyiyah juga “putrinya” Nasyiatul ‘Aisyiyah) adalah memajukan perikehidupan perempuan yang dahulu, sampai batas tertentu, sempat banyak terjajah oleh tradisi dan adat istiadat setempat, dan alhasil banyak perempuan yang berkawan akrab dengan keterbelakangan pada kala itu.

Fakta sejarah menyebutkan bahwa Kiai Dahlan, Nyai Dahlan, bersama pendekar perempuan lainnya sejak awal abad XX sudah banyak bergelut dengan perkara keperempuanan, dan ujungnya mereka berhasil mendirikan kelompok pengajian perempuan dengan nama Sapa Tresna pada 1914 yang kelak pada 1917 berevolusi menjadi ‘Aisyiyah, yang merupakan organisasi perempuan bumiputra pertama di Indonesia. Menurut Rofah (2016:32—dalam bukunya Posisi dan Jatidiri ‘Aisyiyah: Perubahan dan Perkembangan [segera diterbitkan oleh Penerbit Suara Muhammadiyah]) maksud dan tujuan ‘Aisyiyah, dari dulu sampai sekarang seyogianya tidak banyak berubah, yaitu untuk menciptakan perempuan ideal menurut Islam.

Selain perihal perempuan dewasa, urusan putri Islam pun senyatanya tidak luput dari perhatian keluarga Muhammadiyah. Sebagai hasilnya, pada 1919 didirikanlah Siswa Praja Wanita yang kelak berevolusi menjadi Nasyiatul ‘Asiyiyah pada 1931, dan menjadi organisasi otonom pada 1965. Dengan Nasyiatul ‘Aisyiyah putri-putri Islam memiliki wadah yang tepat dalam menyalurkan aktivisme serta menambah ilmu dan pahala mereka, atau sebagaimana yang ditekankan oleh Syamsiyatun (2016:93—dalam bukunya Pergolakan Putri Islam: Perkembangan wacana Jender dalam Nasyiatul ‘Aisyiyah 1965–2005 [segera diterbitkan oleh Penerbit Suara Muhammadiyah]) mereka “… mulai menghadapi pergumulan intelektual dan spiritual  dengan  sebuah  pemahaman  baru  mengenai  pesan-pesan Islam.”

Melalui usaha ‘Aisyiyah dan Nasyiatul ‘Aisyiyah, maka pada gilirannya putri Islam sekarang menjadi aktor aktif dalam arus pergulatan sosial di Indonesia, dan mereka pun mulai percaya diri  “… tidak hanya mengenai argumentasi keagamaan  namun  juga  … percaya diri tatkala mereka aktif bergulat dengan persoalan publik di ruang  publik seperti mengejar pendidikan, menyampaikan pendapat mereka,  dan  mendirikan  pelayanan  sosial;  usaha-usaha  yang selama berabad-abad dianggap ditakdirkan untuk laki-laki” (Syamsiyatun, 2016:95). Singkatnya, sekarang mereka menjadi makhluk yang terberdayakan, bukan lagi konco wingking.

Pada titik ini, dapat dikatakan bahwa sesungguhnya pelopor revolusi mental perempuan Indonesia adalah ‘Aisyiyah dan Nasyiatul ‘Aisyiyah, saking vitalnya perannya sampai-sampai Pijper, seorang orientalis kenamaan asal Belanda menyebutkan bahwa “… pergerakan ini (‘Aisyiyah) meningkatkan kesadaran keagamaan dan pengetahuan mereka mengenai Islam” (Rofah, 2016:35). Tidak lupa, James L Peacock pun mengungkapkan kekagumannya dan menyatakan bahwa ‘Aisyiyah merupakan “… pergerakan perempuan Islam paling dinamis di dunia” (Peacock, 2016:31).

Terkait usaha ‘Aisyiyah dalam pembangunan sosial, ia berhasil mendirikan balai kesehatan ibu dan anak pada 1963, panti asuhan, dan rumah putri, serta mengelola beberapa PKU Muhammadiyah.

Geliat ‘Aisyiyah dan Nasyiatul ‘Aisyiyah dalam ranah sosial memang sudah banyak melahirkan perempuan yang berkemajuan yang banyak berperan dalam memajukan keadaan sosial-kultural-ekonomi perempuan, namun fakta penting yang tidak boleh terlupakan adalah pendirian Universitas Aisyiyah (yang dimulai dengan pendirian Sekolah Bidan ‘Aisyiyah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada 1963, yang pada 2003 berubah menjadi Sekolah Tinggi Kesehatan ‘Aisyiyah dan menjadi universitas pada 2016)—meski pada 1960-an ‘Aisyiyah pernah pula bermimpi untuk mendirikan universitas Ummul Mukminin, namun sayang mimpi itu tidak terwujud (Rodah, 2016:69).

Universitas ‘Aisyiyah merupakan universitas pertama yang diprakarsai, digalang, dan diawaki oleh, serta didedikasikan untuk memajukan perempuan Indonesia pada umumnya dan perempuan dari lingkungan Muhammadiyah pada khususnya. Diilhami oleh surat al-Mujadalah ayat 11, dapat dikatakan Universitas ‘Aisyiyah berhasil mewujudkan cita-cita ‘Aisyiyah dan Nasyiatul ‘Aisyiyah dalam menciptakan perempuan yang “… terdidik, bertakwa, dan siap melakukan kerja-kerja yang bermanfaat bagi  masyarakat  Indonesia” (Syamsiyatun, 2016:2).

Tidak sampai di itu saja, pada 3 Agustus 2016 mendatang, melalui “Konferensi Nasional Penguatan Peran Menuju Indonesia Berkemajuan”, Universitas ‘Aisyiyah bersama Nasyiatul ‘Aisyiyah menunjukkan usaha riilnya dalam memajukan perempuan Indonesia. Acara yang rencananya akan diisi oleh pelbagai cendekiawan nasional maupun internasional di antaranya Prof. Dr. Nuraida Endut dari Malaysia, Siti Syamsiyatun, M. A., Ph. D., Rita Pranawati, SS, M. Sc., dan Dra. Warsiti, M. Kes.

Tidak diragukan ini, acara ini dapat menjadi suatu penggugah perempuan Muslim di lingkungan Muhammadiyah khususnya, dan perempuan Indonesian pada umumnya untuk semakin menggairahkan usaha mereka dalam membangun perempuan, bangsa, dan Negara Indonesia.

Exit mobile version