SAMARINDA.suaramuhammadiyah.id – Penggunaan sistem One Day Service berbasis Computer Base Test (CBT) oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Samarinda merupakan inovasi baru dan menjadi yang pertama bagi institusi pendidikan bidang kesehatan di Kalimantan Timur. Penerimaan mahasiswa baru dengan menggunakan sistem One Day Service yang berbasis CBT ini dinilai sangat efektif, efisien dan sangat memudahkan para calon mahasiswa baru.
“Kita menggunakan pelayanan one day service berbasis CBT. Jadi calon mahasiswa bisa langsung mengetahui hasil tesnya, bahkan kita beri waktu untuk tes kesehatan dan persyaratan lain jika lengkap langsung bisa kita ketahui apakah diterima atau tidak,” demikian disampaikan Wakil Ketua (WK) I Bidang Akademik STIKES Muhammadiyah Samarinda Tri Wahyuni Selasa (19/7).
Menurut Yuni, penerimaan mahasiswa baru dengan CBT ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2011. Para calon mahasiswa diseleksi dengan ujian yang berbasis komputer, sehingga hasilnya dapat langsung diketahui. Dengan CBT calon mahasiswa bisa langsung mendapatkan hasil dari seleksi yang dilakukan, apakah diterima atau tidak.
Baca: STIKES Aisyiyah Yogyakarta, STIKES Terbaik di Indonesia
Tahun ini, STIKES Muhammadiyah yang memiliki jargon “Think Globally, Act Locally” ini menargetkan akan menampung 440 mahasiswa baru, dari total 4 program studi yang tersedia. Keempat Prodi itu meliputi Program S1 Keperawatan, S1 Kesehatan Masyarakat, D3 Keperawatan, dan D3 Kesehatan Lingkungan serta program Profesi Ners.
Sampai dengan tanggal 19 Juli 2016, sudah ada 300an mahasiswa yang sudah diterima. Peminat tertinggi yaitu pada program studi Keperawatan baik yang jenjang D3 maupun S1. Panitia penerimaan mahasiswa baru masih membuka kesempatan bagi calon mahasiswa untuk mendaftar, sejak tanggal 1 Juni sampai 30 Juni untuk gelombang pertama atau tanggal 1 Juli hingga 30 Juli untuk gelombang kedua.
Yuni juga mengatakan bahwa tren peminat yang mendaftar setiap tahun selalu meningkat, namun menurutnya tidak semua bisa diterima, karena keterbatasan jumlah tenaga pengajar yang ada. Saat ini STIKES Muhammadiyah Samarinda memiliki sekitar 50 tenaga pengajar profesional.
Baca: STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Menjadi Inisiator
“Peminat pendaftar setiap tahun meningkat, tapi kita tidak bisa juga terima semua. Kita harus imbangi dengan jumlah tenaga pengajar dan kapasitas kita, karena itu sudah diatur. Jadi kita tidak bisa seenaknya melanggar aturan,“ ujarnya.
Di sisi lain, Yuni menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, STIKES Muhammadiyah terus berusaha meningkatkan kompetensi tenaga pengajar, dengan memberangkatkan para dosen untuk mengambil pendidikan jenjang S3. Selain itu juga dengan melakukan kerjasama dengan semua pihak hingga ke mancanegara. Salah satunya adalah bekerjasama dengan SCPH Khon Kaen Thailand dalam program student exchange atau pertukaran pelajar.
“Kita punya program pertukaran pelajar dengan Thailand, dan terus berjalan juga kerjasama dengan yang lain. Semua itu dalam rangka meningkatkan daya saing para mahasiswa, terutama memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA),” ungkap Yuni (Ribas).