Saat ini saya berada di Seoul, Korea Selatan, utk memimpin kegiatan GGGI dlm kapasitas saya sebagai Presiden lembaga itu. Dari Seoul saya ikuti tayangan Konvensi Nasional Partai Republik yg calonkan Donald Trump sebagai Presiden AS pengganti Obama.
Dunia sedang melihat apa yg sekarang terjadi di Amerika, bukan hanya gaduhnya politik menjelang Pilpres 2016, tetapi juga hal-hal lain. Negara adidaya yg sering dianggap sbg “champion of democracy” dan “role model” ini menurut saya sedang menghadapi ujian sejarah.
Amerika yg punya tentara terkuat & digelar dimana-mana di dunia, harus menelan pahitnya keadaan ketika tanah airnya sendiri tidak aman. Insiden penembakan dgn korban yg tak sedikit terus terjadi, bahkan di sejumlah kota para polisinya pun ditembaki oleh penembak gelap.
Negara yg aktivis HAMnya paling kritis & sering “mengadili” negara lain, ternyata konflik rasial kembali marak & tjd di beberapa kota. Trend yg ada menunjukkan masyarakat Amerika makin nasionalistik, “sensitif” thd negara lain & Islamophobia juga makin menguat.
Retorika Trump yg akan larang muslim masuk AS & akan bangun tembok sepanjang AS & Meksiko ternyata dapat dukungan yg kuat. Situasi pra-pilpres makin panas & kampanye negatif makin menjadi-jadi, sementara bentrokan fisik terjadi di sejumlah tempat kampanye.
Saatnya Amerika lakukan introspeksi & berbenah diri, karena kita hampir tak percaya semua itu terjadi di negara yg berperadaban maju. Mungkin rakyat Amerika menganggap hal ini adl urusan dalam negeri mereka & tak ada urusannya dgn negara lain. Menurut saya tidak.
Amerika klaim dirinya sbg “world leader” & selalu libatkan diri dlm urusan negara lain.Jg sering mengekspor demokrasi,HAM & rule of law. Jk masalah domestik tak dibenahi & tak berikan contoh dlm demokrasi,HAM & rule of law,ia kehilangan legitimasi utk “ajari” bangsa lain.
Pilpres 2016 di AS saat ini memang adl urusan dalam negeri mereka. Tetapi yg mereka bicarakan adlh dunia & juga menyangkut negara lain Sekalipun ancaman Trump utk larang Muslim masuk AS itu baru retorika politik, tetapi telah memunculkan ketegangan & masalah baru. Apalagi, debat & perang politik di Amerika sekarang ini disaksikan di seluruh dunia melalui tayangan televisi ~ siang & malam.
Utk Indonesia, kita tentu bersikap netral dlm pilpres di AS.Namun scr moral kita bs ingatkan agar para politisi AS lebih berhati-hati. Mengingat pengaruh & peran sentralnya, AS harus aktif kurangi persoalan dunia. Jk kita diminta pahami AS, AS juga harus pahami yg lain.
Bagi Indonesia, janganlah kita serba silau dgn negara lain. Kita bisa lebih baik. Asalkan kita terus berbenah & sempurnakan diri (Twit 20 Juli dari Korsel).