YOGYAKARTA. suaramuhammadiyah.id-Sempat libur beberapa pekan, Angkatan Muda Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta, kembali mengadakan Kajian Malam Sabtu (Kamastu), pada hari Jum’at, (22/7). Terasa spesial, karena kajian yang bertempat di gedung PWM DIY ini, diformat menyerupai acara syawalan. Peserta kajian, diajak mengucapkan ikrar syawalan sebagai bentuk permohonan maaf atas kekhilafan yang pernah dilakukan. Bertindak memimpin ikrar syawalan, adalah perwakilan dari organisasi otonom Muhammadiyah, meliputi; Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah, Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah, Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah, dan Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah DIY.
Baca juga: Kamastu Ngaji Fiqih Perbandingan 4 Mazhab
Hadir membuka acara Kajian, yakni wakil ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, Arif Jamali Muis. Dilanjutkan dengan penyampaian tausyiah oleh dr Agus Taufiqurrahman, MKes. Dalam sambutannya, Arif Jamali berpesan, agar umat Islam senantiasa menjadi pribadi yang bertaqwa, setelah melalui bulan Ramadhan. “Salah satu upaya untuk mengukur ketaqwaan kita pada Allah, adalah lewat etos bersungguh-sungguh, dan sifat sabar,” sambung Arif sembari mengutip firman Allah surat Ali-Imran ayat 142. Arif juga menekankan, perlunya aktivis Muhammadiyah untuk berinovasi di abad kedua. “Kalau dulu Kyai Dahlan berinovasi lewat sekolah dan PKO, kini PP Muhammadiyah, telah menetapkan kemandirian di bidang ekonomi sebagai langkah pembaharuan abad kedua. Oleh sebab itu, kita harus bersungguh-sungguh dan bersabar setahap demi setahap untuk mewujudkannya,” tambah Arif.
Baca juga: Bangsa Ini Masih Tertinggal; Taushiyah PP Muhammadiyah Di PRM Mertoyudan
Sementara itu, Agus Taufiqurrahman dalam tausyiahnya, menyampaikan bahwa ibadah puasa, bukan sekedar rutinitas tahunan umat Islam. Melainkan pembentukan karakter taqwa dalam kehidupan sehari-hari. “Meski tidak dipungkiri, ibadah kita di bulan Ramadhan ini, sempat digegerkan dengan kasus razia warung makan di salah satu daerah di Indonesia,” tutur Agus. Adanya kasus demikian, menurut ketua PP Muhammadiyah tersebut, disebabkan umat Islam tidak menguasai media. Selain itu menurut Agus, kebanyakan media yang ada saat ini, seperti menggiring opini, seolah-olah umat Islam di Indonesia tidak toleran. “Maka dari itu, saya sarankan supaya acara kajian seperti ini, bisa terselenggara dengan baik, dari segi teknis pelaksanaan, materi, hingga dokumentasinya,” ujar Agus. Tak kalah pentingnya, Agus mengajak anak muda Muhammadiyah, supaya berdakwah menggunakan media, baik yang cetak maupun elektronik untuk membuktikan bahwa umat Islam itu berpikiran maju, dan toleran (GR).