Yogya, Ruang Kota bagi Anak
Kalau di tengah kota Yogya sekarang ada Taman Pintar itu tidak salah. Ini dapat menjawab salah satu kebutuhan warga akan ruang publik yang nyaman sekaligus mampu menjadi ruang pembelajaran bagi anak-anak. Di Taman Pintar itu, di samping ada hal-hal yang abstrak, seperti benda-benda yang mewakili ilmu dan teori pengetahuan, ruang gembira berupa kolam renang, juga ada lokasi dimana kita diajak mengenali asal usul kita, sebuah model kehidupan desa yang akrab dan guyub dimana kehidupan manusia bersama hewan dan pepohonan berlangsung secara harmonis. Ada rumah dusun, gubug, replica hewan dan sepotong suasana sawah dan kebun.
Kalau kita mengingat-ingat akan ‘sejarah aktual dan kontemporer’ kota Yogya, maka sesungguhnya seluruh kota ini dapat berfugnsi dan pernah berfungsi bukan saja sebagai Taman Pintar dalam arti luas –ketika sesama warga kampung saling asaj-asih dan asuh serta taman bacaan ada di hampir semua pelosok kampung dan di sekolah- tetapi kota Yogya juga berfungsi sebagai Taman Kreativitas bagi anak-anak kita.
Kita ingat bagaimana tahun 1970-1980an banyak di kota ini bermunculan banyak sekali pelukis belia berbakat. Sanggar seiulukis dan sekolah kreatif semacam yang dikelola Tamansiswa melahirkan pelukis belia. Banyak di antaranya berprestasi secara internasional.
Tahun-tahun berikutnya, di kota ini muncul para pemusik belia, dalam arti pemusik yang mampu memainkan alat musik dngan naskah lagu-lagu klasik dan berkualitas dunia, juga banyak bermunculan penyanyi pop belia. Kursus vokal dan kursus musik, juga pendampingan kelompok musik di sekolah dasar dan menengah membuat anak-anak yang berbakat dan berminat dalam musik mampu tampil optimal dalam pentas lokal, nasional dan global.
Lalu tahun-tahun berikutnya lagi, di kota ini muncul para peneliti dan ilmuwan belia. Lomba-lomba ilmu pengetahuan teori dan terapan yang diikuti anak-anak Yogya menghasilkan juara-juara. Kemudian gejala mutakahir, di kota ini bermunculan para penulis novel belia.
Mengapa demikian? Sebab Yogyakarta yang pada awalnya berwajah budaya, kemudian berwajah sosial, lalu memiliki wajah pendidikan, lalu berwajah pariwisata, lalu berwajah ekonomi, pada tahun-tahun terakhir ini wajah budayanya mengalami transformasi kultural dan intelektual secara dahsyat menjadi berwajah buku dan informasi.