Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof Dr Muhadjir Effendy menggantikan Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Amanah pada Prof Muhadjir itu telah diumumkan dan diberikan oleh Presiden Jokowi, Rabu, 27 Juli 2016. Ini berarti meneruskan tradisi lama Muhammadiyah jadi Menteri Pendidikan yang sempat berhenti beberapa tahun.
Prof Muhadjir juga dikenal sebagai pakar militer. Selain kerap menulis buku tentang militer, Muhadjir juga menulis disertasi tentang militer. Di bawah Muhadjir, UMM menjadi kampus swasta terkemuka dan terbaik nomor 1 di Jawa Timur. UMM menerima penghargaan Anugerah Kampus Unggul (AKU) selama delapan tahun beruntun versi Kopertis VII.
Prof Muhadjir yang pernah menempuh pendidikan singkat di National Defence University, Washington.Ia merupakan rektor ke-2 UMM yang diangkat menjadi menteri. Dia mengikuti jejak Prof Malik Fadjar yang sempat menjadi Menteri Agama (Menag) dan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Ia juga rector ke 2 UMM yang ada di PP Muhammadiyah.
Diangkatnya Prof Muhadjir menjadi Mendikbud ini berarti meneruskan ‘tradisi’ lama kabinet pemerintahan sebelumnya, di mana menteri pendidikan diisi kader Muhammadiyah dan menteri agama dijabat kader NU.
Sosok Muhadjir Effendy dikenal sebagai pendidik dan intelektual multidimensional. Di antara sekian banyak dimensi kehidupannya, sisi Muhadjir Effendy sebagai seorang aktivis atau penggerak organisasi terus melekat hingga kini. Dari pelajar hingga mahasiswa ia aktif di organisasi Islam. Kini ia berperan aktif di organisasi kemasyarakatan Islam modernis yang terbesar, yaitu Muhammadiyah.
Di antara sekian banyak dimensi kehidupannya, sisi Muhadjir Effendy sebagai seorang aktivis atau penggerak organisasi terus melekat hingga kini. Semasa pelajar ia adalah aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII). Pada saat menjalani kehidupan sebagai mahasiswa, ia berkecimpung di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan di masa kematangan intelektualnya, ia berperan aktif di organisasi kemasyarakatan dan keagamaan modernis, yaitu Muhammadiyah.
Muhadjir Effendy adalah salah seorang Ketua yang mendampingi kepemimpinan Dr Haedar Nashir sejak Muktamar Makassar. Sesuai dengan keahliannya, Muhadjir dipercaya sebagai ketua yang membidangi pendidikan, kebudayaan dan litbang. Ini berarti Muhadjir harus membawahi lebih dari 170 perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) dan ribuan sekolah dasar dan menengah yang tersebar di seantero wilayah di Indonesia dan bahkan pesantren yang dimiliki Muhammadiyah.
Penempatan Muhadjir sebagai ketua yang membidangi pendidikan di Muhammadiyah sangatlah wajar, mengingat sejak lama Muhadjir telah berkecimpung dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Ia terlibat dalam pengelolaan perguruan tinggi Muhammadiyah yang kini tampil sebagai salah satu universitas Muhammadiyah unggulan di Indonesia, dan perguruan tinggi swasta terunggul di Jawa Timur, yaitu Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Karenanya, nama Muhadjir Effendy menjadi lekat, bahkan identik, dengan Universitas Muhammadiyah Malang. Patut dimaklumi, Muhadjir adalah salah satu dari sekian banyak tokoh yang turut menyumbangkan pikiran, tenaga, bahkan sebagian besar masa hidupnya di UMM, hingga UMM bisa menjadi sebesar sekarang ini.
Bersama-sama dengan Prof Malik Fadjar, Prof Imam Suprayogo, Haji Sukiyanto (almarhum) dan Kiai Haji Abdullah Hasyim (meninggal pada tahun 2013), Muhadjir muda telah turut serta dalam pengembangan Universitas Muhammadiyah Malang, melanjutkan perjuangan generasi perintis sebelumnya seperti Kiai Bedjo Darmoleksono, A. Gafar, K.H. Mohammad Goesti, Kapten Mohammad Tahir, Ali Sacheh, Suyuti Chalil, A. Masyhur Effendy, Amir Hamzah Wiryosukarto, Sofyan Aman, Profesor Masjfuk Zuhdi, Profesor Kasiram, dan sederet tokoh Muhammadiyah Malang lainnya.
Kini, Muhadjir Effendy bukan lagi Muhadjir Effendy sebagai pribadi dan individu semata. Muhadjir adalah UMM, dan UMM adalah Muhammadiyah. Maka Muhadjir adalah juga identik dengan Muhammadiyah. Dan, sebagaimana semboyan yang ia cetuskan untuk UMM, “Dari Muhammadiyah untuk Bangsa”, maka kini ungkapan itu berlaku untuknya. Muhadjir kini untuk bangsa untuk menata pendidikan dasar dan menengah di Indonesia sebagai pijakan menuju Indonesia berkemajuan. Kini sumbangsih Prof Muhadjir, sumbangsih Muhammadiyah untuk bangsa ditunggu. Jangan disia-siakan. (Lutfi Effendi).