YOGYAKARTA, suaramuhammadiyah.id– Penggantian kabinet kerja jilid 2 ini mendapat tanggapan berbeda dari banyak kalangan, tak terkecuali dari kalangan akademisi. Kalangan akademisi menilai reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Jokowi kali ini sudah tepat. Mengingat kondisi Indonesia saat ini yang sangat membutuhkan inovasi baru demi kemajuan bangsa. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Dr Nano Prawoto MSi, selaku pakar ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), saat ditemui pada Rabu (27/7) di AR Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY.
Nano menyebutkan, waktu penggantian kabinet kali ini juga sangat tepat mengingat Indonesia saat ini yang juga tengah mengalami masa-masa stagnan dalam bidang ekonomi. “Saat ini memang waktu yang tepat untuk reshuffle kabinet. Indonesia sudah saatnya membuat inovasi baru. Karena para menteri itu merupakan penggerak kementerian, apalagi saat ini Indonesia tengah mengalami masa-masa yang stagnan dalam bidang ekonomi. Jadi saya kira ini waktu yang tepat untuk melakukan reshuffle,” ujarnya.
Dekan Fakultas Ekonomi UMY ini juga menjelaskan bahwa kondisi perekonomian Indonesia selain mengalami stagnansi juga cenderung mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi jalannya roda perekonomian di bangsa ini. “Faktor internal antara lain seperti ekspor produk ke luar negeri. Pemerintah kita belum signifikan untuk menggerakkan ekonomi secara nyata. Sedangkan faktor eksternal, contohnya seperti fenomena Brexit yang juga mempengaruhi ekonomi kita,” imbuhnya.
Nano menekankan agar ekspor Indonesia harus lebih ditingkatkan. “Pertumbuhan ekonomi saat ini masih didominasi oleh konsumsi nasional. Sementara ekspornya masih kurang. Karena itu, ekspor harus digenjot untuk meningkatkan produksi nasional dan nilai tukar rupiah. Karena menteri merupakan penggerak kementerian, saya kira waktu yang tepat untuk melakukan reshuffle,” lanjut dia.
Seperti diketahui sebelumnya, Jokowi telah melantik beberapa menteri baru untuk menggantikan menteri-menteri yang kinerjanya dinilai kurang. Dalam reshuffle kedua ini, Presiden Jokowi mengganti setidaknya 13 menteri dalam kabinetnya. Termasuk Anies Baswedan dan Ignasius Jonan. Bahkan Sri Mulyani diangkat menjadi Menteri Keuangan lagi oleh Presiden Jokowi.
Untuk nama trakhir yang disebutkan ini, Nano memiliki pandangan tersendiri. “Sri Mulyani merupakan orang yang brilian. Dia pintar dan berpengalaman dalam menangani masalah keuangan. Namun kita juga harus waspada karena dia cenderung liberal, yang mana bertentangan dengan visi Jokowi yang menginginkan Ekonomi Kerakyatan,” imbuhnya.
Nano menambahkan bahwa sebagai menteri keuangan, Sri Mulyani harus sejalan dengan visi Jokowi. “Visi Jokowi harus bisa dijalankan oleh Menkeu yang baru. Jangan sampai arah kebijakannya melenceng dari ekonomi kerakyatan yang telah digembar-gemborkan,” tambahnya (bhp).