YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Seni budaya itu harus dilihat sebagai suatu pendekatan dakwah, bukan sebaliknya melihat seni budaya berdasarkan kacamata tarjih yang cenderung puritan. Hal ini disampaikan Agung Danarto Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui sambutanya pada Rakernas Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jum’at (29/7).
“Kalau seni budaya itu dipandang secara puritan, maka yang muncul hitam dan putih, haram dan halal. Seni budaya harus dipandang sebagai pendekatan dakwah, jangan dipandang hitam dan putih,” terangnya.
Sering kali, lanjutnya, Muhammadiyah memandang seni budaya dalam bingkai purifikasi, pemurnian agama. Akibatnya Muhammadiyah sering mengesampingkan seni budaya dan cenderung kaku terhadap seni budaya dan perkembangnya. “Padahal seni budaya itu penting sebagai penyempurna kehidupan dan pemupuk rasa kebersamaan,” tekan Agung.
Kiyai Dahlan pendiri Muhammadiyah, Agung menambahkan, adalah sosok ulama’ moderat yang suka terhadap seni dan pelopor pengembangan seni musik di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Sampai hari ini, sambunya, sekolah sekolah Muhammadiyah khususnya Taman Kanak-kanak (TK Aisyiyah) yang paling menonjol adalah keberadaan ekstrakulikuler musiknya, drum band. “Tentu ini harus dikembangkan, dan pengembangan itu tidak akan terjadi jika melihatnya masih hitam dan putih,” tuturnya (gsh/ns).