Yogyakarta, suaramuhammadiyah.id -Seperti tahun-tahun sebelumnya, menjelang pergantian tahun Hijriyah seperti sekarang ini, Suara Muhammadiyah kembali merilis Kalender Hijriyah untuk menjadi panduan ummat Islam Indonesia dalam menjaga tanggal-tanggal peribadatannya.
Walau kurang menguntungkan secara hitungan bisnis, penerbit Suara Muhammadiyah akan tetap mempertahankan tradisi penerbitan kalender Hijriyah ini.
Menurut Kepala Penerbit Suara Muhammadiyah, Muarif, setiap tahun, total penjualan kalender hijriyah belum pernah mencapai separuh dari penjualan kalender masehi.
Untuk masa sekarang, kalender hijriyah dapat dikatakan semakin tidak populer. Tergeser oleh kalender Masehi atau kalender Gregorian yang dikembangkan dari kalender Yulian. Kalender yang hitungan tahunnya dimulai dari tahun kelahiran Isa al-Masih (menurut keyakinan satu aliran Nashrani).
Baca juga: Syamsul Anwar: Tanpa Kalender Islam, Ibadah bisa Kacau juga Bukti Kebenaran Metode Hisab Muhammadiyah
Kenyataan tersisihnya kalender Hjiriyah oleh kalender Gregorian ini, menurut anggota tim kalender Suara Muhammadiyah, Luthfi Effendi, dapat dikatakan sebagai hal yang memprihatinkan.
“Diakui atau tidak, ini membuktikan kalau kalender hijriyah semakin tersisih dari kebudayaan kita. Dari kebudayaan umat Islam. Bahkan juga dalam kebudayaan sebagian warga Muhammadiyah”. Tandas Luthfi kepada suaramuhammadiyah.id.
Padahal, semua waktu peribadatan kita terkait dengan waktu-waktu yang ada kalender hijriyah. Ramadhan, syawal, dan zulhijjah adalah nama bulan yang ada di kalender hijriyah.
Mengingat sejarah dan cita-cita generasi terdahulu yang telah menetapkan kalender hijriyah sebagai kalender umat Islam, tidak bisa tidak kita harus kembali mempopulerkan kembali kalender hijriyah di dalam kebudayaan kita.
Namun, mengingat besarnya kuasa kalender Masehi di dalam semua tatakelola dan administrasi di negara kita, menurut Luhfi, saat ini kita tidak (atau belum?) mungkin menyingkirkan kalender Masehi dari kehidupan keseharian kita.
“Saat ini menyingkirkan kalender masehi adalah hal yang belum mungkin. Tapi, kita bisa dan bahkan harus menyandingkan kalender hijriyah di samping kalender masehi”. Tegasnya.
Baca juga: Shalat Gerhana Ketika Gerhana Bulan Penumbral
Masih menurut Luthfi, sebagian orang memang berdalih, toh di dalam kalender masehi juga ada penanggalan hijriyahnya (yang dicetak kecil di samping atas atau bawah). Tapi menurut Luthfi, dari sisi pertandingan budaya hal itu tidaklah mencukupi.
Pendapat Luthfi ini diamini oleh budayawan senior Musthofa W Hasyim. Saat ditemui di sela-sela persiapan pembukan rakernas Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) PP Muhammadiyah di Hotel Burza Yogyakarta, novelis yang juga mantan sekretaris LSBO ini menyatakan, kalender hijriyah seharusnya dipasang di setiap dinding ruang tamu umat Islam.
“Memasang kalender hijriyah di ruang tamu adalah bukti kalau kita tidak ikut-ikutan menyingkirkan tonggak peradaban Islam”. Tandas Musthofa.
Selama ini, mayoritas umat Islam mengakui kalau peristiwa hijrah merupakan awal dari bersinarnya peradaban Islam. Hijrah Islam bisa berkembang ke seluruh penjuru dunia. Dari peristiwa hijrah itu pulalah awal dari penghitungan kalender Islam dimulai.
Oleh karena itu, sudahkan kita memasang kalender hijriyah di dinding ruang tamu kita? Tampaknya sederhana, namun itu bagian dari kepedulian kita pada nasib peradaban Islam secara keseluruhan. Ini adalah masalah keberpihakan [mjr8].