13 Produk Inovasi Mahasiswa UM Surabaya Digunakan di Lokasi KKN

13 Produk Inovasi Mahasiswa UM Surabaya Digunakan di Lokasi KKN

SURABAYA.suaramuhammadiyah.id– Hasil inovasi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya akan dibawa ke lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN). Hal itu dikemukakan dalam acara pelepasan mahasiswa KKN, sekaligus semarak PrepCom UN Habitat III di halaman kampus UM Surabaya, Senin (25/7).

Pelaksanaan KKN yang dikemas dengan konsep tematik itu, para mahasiswa mencoba untuk memadukan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat dengan pengembangan hasil inovasi mahasiswa, bertema KKN Student Empowerment and Innovation Program (STIEP).

“Beberapa produk inovasi mahasiswa yang sudah lulus uji coba, nantinya akan dibawa oleh peserta KKN untuk disosialisasikan di daerah pengabdian. Yaitu Lamongan, Bojonegoro, dan Surabaya. Produk inovasi mahasiswa ini diharapkan bisa membantu mengatasi problem di daerah masing-masing,” terang Ketua LPPM, Dede Nasrullah.

Produk inovasi para mahasiswa UM Surabaya selama ini dikenal sebagai produk yang membawa dampak langsung bagi masyarakat. Beberapa produk yang lulus seleksi dan nantinya akan dibawa dalam proses pengabdian di antaranya adalah Model Hodroponik (urban-farming), Aqice-PEN (alat pendeteksi makanan sehat untuk jajanan anak), Wan-Flood Detector (pendeteksi banjir via ponsel, Baper-ya (ekstrak kulit durian dan kenanga dalam lampu, untuk mengusir nyamuk), dan Wajan Winet (alat penangkap sinyal untuk program internet masuk desa).

“Sebenarnya ada 13 alat inovasi mahasiswa namun, hanya enam yang sementara bisa diaplikasikan di daerah yang kami targetkan. Seperti Bojonegoro yang rawan banjir, mahasiswa akan memperkenalkan Wan-Flood Detector. Untuk Lamongan yang masih sulit sinyal internet, bisa gunakan Wajan Winet. Sementara di Surabaya, bisa aplikasikan Model Hidroponik dan Aqice-PEN pendeteksi makanan berformalin,” jelasnya.

Tak hanya membawa produk inovasi untuk disosialisasikan, peserta KKN-STIEP juga memiliki sejumlah program yang membawa efek positif dan membantu warga secara nyata. “Misalnya dengan membawa inovasi Wajan winet untuk warga Lamongan. Kalau sudah tersambung internet, di sana peserta KKN bisa mengembangkannya. Yaitu mengedukasi warga soal fungsi dan manfaat internet itu sendiri, memberi contoh cara menggunakannya dan sebagainya. Kami sudah breafing peserta soal program apa yang harus mereka lakukan disana,” pungkas Dede (Ribas).

Exit mobile version