Kartografi Kriminal di Indonesia

Kartografi Kriminal di Indonesia

Oleh Zefrizal, SH Dosen FH. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan

Seandainya Fatimah Az-zahra mencuri, niscaya akan kupotong tangannya tegas Rasul lewat hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim. Karena itu seluruh masyarakat muslim dibawah pimpinan Nabi Muhammad berlomba mengkhidmatkan berbagai potensi yang ada semata untuk membangun sistem sosial yang rahmatan lil’alamin. Umar bin Khattab misalnya, berkhidmat dengan tenaga dan hartanya, Usman bin Affan dengan kecendikiaannya, pun dengan Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib.

Nabi Muhammad tidak terbiasa kompromi, menggadaikan idealisme dan kepercayaan yang ia pegang teguh untuk kesenangan duniawi. Bahkan ketika kafir Quraisy telah bersepakat untuk menyerahkan setengah dari tiap-tiap harta yang mereka miliki sekaligus mengangkat Muhammad menjadi raja diantara mereka ditolak. Rasul menolaknya karena urusan menyebarkan syari’at Allah tak dapat ditawar apalagi dihentikan.

Dari itu, ekspresi yang muncul kemudian adalah, tak satupun dari lembaga kekuasaan dibawah Rasul yang berani menyimpang. Masyarakatnya tertib. Bahkan pada tingkat saling mencintai antara satu dengan yang lain. Saling menjaga dan saling mengingatkan agar terhindar dari kesesatan. Waktu di Madinah, Umar rela memberi setengah harta yang dia miliki kepada seorang sahabat yang hijrah bersama Rasul agar sahabat tersebut terhindar dari bujuk rayu keluarga yang memintanya kembali ke Mekkah Al Mukaromah dalam ragam varian tawaran yang menggiurkan.

Dalam perkembangan ilmu kriminologi, setidaknya terdapat tiga Mazhab yang mampu melihat bagaimana satu kejahatan terjadi. Setelah Mazhab kriminologi klasik, maka kartografi kriminologi merupakan satu diantaranya. Kartografi kriminologi ini meyakinkan kita bahwa kejahatan merupakan ekspresi dari kondisi sosial. Jika salah seorang anggota DPRD merasa sakit hati ketika tak mendapat bagian dari hasil konspirasi jahat misalnya, maka ekspresi itu terlihat biasa saja. Bahkan orang-orang yang telah lama “bergulindam” dengan gaya hidup yang sama, berani mencerca koleganya itu dengan ucapan bodoh. Karena apa.? Karena kondisi sosial emperik yang hidup pada saat ini menciptakan ekspresi yang demikian. Sebagian besar orang dari jumlah populasi yang ada menjadi rampok, koruptor, dan penjahat dengan berbagai segmentasi dan kesempatan yang dimiliki. Berbeda jauh dengan ekpresi masyarakat yang hidup di zaman Rasul. Semua orang menjadi takut salah. Sehingga antara satu dengan yang lain saling menjaga prilakunya dan saling mengingatkan. Hukum menjadi panglima, keadilan diberikan dengan tanpa terkecuali dan kekuasaan berdaulat.

Dalam konteks keindonesiaan. Pembunuh, perampok, bahkan pemerkosa sekalipun masih sempat selfy, dan senyum menghadapi pemeriksaan. Tak terdapat tanda penyesalan, apalagi malu. Hukum dan segala perangkatnya dilecehkan. Barangkali ini akses dari para press emersoon (pemangku kebijakan) yang tak punya kehormatan. Coba Anda bayangkan. Bagaimana mungkin seorang gembong mendapat fasilitas untuk terus melakukan kejahatan hingga didalam penjara sekalipun. Seperti Artalita Suyani (Ayin) yang punya room karaoke disekitar sel-nya. Dinamika sosial kita parah. Sehingga ekspresi kejahatan yang muncul pun sungguh luar biasa. Tak puas memperkosa. Remaja asal Tanggerang tega menancapkan gagang pacul kebagian organ paling intim korbannya. Di zaman jahiliah (kebodohan) sekalipun mungkin peristiwa memasukkan gagang pacul kebagian paling intim seseorang tidak pernah terjadi. Tapi berbeda di Indonesia, di zaman kita. Kejahatan yang paling tidak mungkin dilakukan bisa saja terjadi.

Seandainya presiden beserta seluruh menterinya, dan gubernur beserta seluruh dinasnya koruptif. Maka motifnya bisa saja untuk membayar partai pendukung. Seandainya seluruh partai dan legislatornya koruptif, maka bisa saja motifnya untuk membeli suara rakyat. Dalam situasi yang circle kriminal tak putus-putus itu, maka hanya nabi yang mampu mengurainya. Namun dalam kepercayaan Islam bahwa Muhammad adalah khotaman nabiyyin (nabi penutup) dan alladzi la nabiya ba’da (tidak ada lagi nabi setelahnya). Paling-paling kita (Indonesia) hanya bisa berharap agar apa yang pernah diramalkan oleh “Prabu Jaya Baya” segera terwujud. bahwa akan ada “kesatrio piningit” yang akan memimpin Indonesia dengan sebaik-baiknya. tapi kapan masa itu datang. Entahlah dan siapapun tidak tahu.

Tapi, bisa saja kesatrio piningit itu Anda, kita, ataupun saya, maka perbaikilah bangsa ini. Mulailah dengan buat pengaduan jika anda menjadi korban, jika Anda mengetahui laporkan, dan ikuti penyelesainnya hingga kejahatan mendapat ganjaran yang setimpal dan pelakunya terjerakan sampai taubat seperti Fredy Budiman terpidana mati kasus narkoba.

Streshingnya adalah. Mesti ada yang membawa situasi sosial kita kearah yang lebih baik, masyarakat yang religius dan sejahtera akan mampu mengeleminir berbagai bentuk kejahatan. Pemimpin yang jujur akan dihormati. Dan hukum yang baik akan dijalankan, Fastabiqul Khairat.

Exit mobile version