YOGYAKARTA, suaramuhammadiyah.id– Bertempat di ruang Prof Baroroh Baried UNISA, buku hasil riset disertasi Siti Syamsiyatun MA, PhD, di Monash University pada 2005 diluncurkan secara resmi ke public. Buku yang diterbitkan dan diterjemahkan oleh Penerbit Suara Muhammadiyah pada 2016 itu merupakan karya ilmiah pertama—dan barangkali sejauh ini merupakan satu-satunya—yang membahas Nasyiah Aisyiyah secara menyeluruh.
Penerbit Suara Muhammadiyah berharap dengan terbitnya buku ini dalam bahasa Indonesia, maka buku ini dapat semakin dinikmati oleh para aktivis Nasyiah pada khususnya, dan aktivis perempuan pada umumnya. Selain itu, buku ini diharapkan dapat semakin menambah wawasan dan melanjutkan aktivis perempuan terdahulu.
Di hadapan peserta Konferensi Nasional yang mengangkat tema “Penguatan Peran Perempuan Muda Menuju Indonesia Berkemajuan”, Siti Syamsiyatun mengucapkan apresiasi kepada Penerbit Suara Muhammadiyah, yang telah menerbitkan buku ini.
Dalam buku ini dijabarkan tentang peranan Nasyiatul ‘Asiyiyah (Nasyiah), salah satu oganisasi keputrian pertama yang benar-benar melancarkan revolusi mental perempuan. Putri Islam yang dahulu terbelenggu oleh adat istiadat setempat serta berkubang dalam kejumudan dan kebodohan dapat diberdayakan oleh para aktivis Nasyiah dan pada akhirnya mampu meraih kemajuan. Dalam buku ini penulis senantiasa menekankan kesetiaan Nasyiah yang berlapis tiga, yaitu terhadap agama, putri Islam, dan masyarakat Indonesia.
Siti Syamsiyatun menggarisbawahi bahwasanya Nasyiah dan begitu juga ‘Aisyiyah mendambakan konsep kaum ibu yang menjunjung tinggi tugasnya dalam merawat dan mencintai keluarga, tapi juga mencita-citakan kaum perempuan yang islami, aktif di ranah sosial, merdeka secara ekonomi, dan berpengetahuan luas, sebagaimana yang dicontohkan oleh ‘Aisyah, istri tercinta Nabi Muhammad SAW. Dengan begitu, Nasyiah mengharapkan agar putri Islam dapat menjadi aktor aktif dalam arus pergulatan sosial di Indonesia, dan mereka pun mulai percaya diri.
“Tidak hanya mengenai argumentasi keagamaan namun juga percaya diri tatkala mereka aktif bergulat dengan persoalan publik di ruang publik seperti mengejar pendidikan, menyampaikan pendapat mereka, dan mendirikan pelayanan sosial; usaha-usaha yang selama berabad-abad dianggap ditakdirkan untuk laki-laki,” ungkap Syamsiatun.
Dalam menyusun buku ini, selain menggunakan sumber literatur, penulis juga banyak memelajari pengalaman-pengalaman yang tak terceritakan dari para aktivis Nasyiah di masa lalu maupun masa kini. Kajian dalam buku ini meneliti bagaimana putri Islam dalam Nasyiah menggunakan kapasitas mereka dalam bertindak (agency) untuk mengembangkan gagasan mengenai ideologi keputrian dan gender dalam konteks sosial-politik Indonesia kontemporer.
Buku ini membahas perempuan muda dalam Nasyiah yang melaksanakan perannya dalam menciptakan ideologi keputrian dan gender dalam konteks sosial-politik Indonesia modern. Kajian Siti Syamsiatun juga berusaha memaparkan suara-suara yang tak terdengar, juga berbagai pengalaman dan fakta para aktivis Nasyiah yang tak terceritakan dalam menegosiasikan kepentingan gender ketika berurusan dengan politik gender negara, serta ideologi keperempuanan yang religius maupun sekuler (Nisa/Ribas).