BOGOR.suaramuhammadiyah.id-Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari mengatakan bahwa dakwah yang dilakukan oleh Persyarikatan Muhammadiyah sejak 1912 adalah dakwah berkemajuan yang mencerahkan dan jauh dari tindakan takfiri (gampang mengkafirkan). Sejak semula, Muhammadiyah telah melakukan serangkaian kegiatan dakwah yang menyejukkan untuk membentengi umat Islam Indonesia dari intoleransi dan radikalisme.
Menurut Hajriyanto, upaya dakwah yang berkemajuan tersebut tak lepas dari apa yang dicontohkan KH Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah dan para tokoh Muhammadiyah di masa setelahnya hingga sekarang. “Seperti yang dilakukan Kiai Dahlan saat mendirikan Muhammadiyah, lewat dakwah dan kerja kemanusiaan,” ujar Hajriyanto dalam sebuah diskusi di Rancamaya, Bogor, Senin (1/8).
Melalui MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Centre), MPM (Majelis Pemberdayaan Masyarakat), dan Lazismu (Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah) sebagai tiga pilar baru di abad kedua, Muhammadiyah telah memberikan konstribusi dakwah kemamusiaan yang sangat signifikan.
Hajriyanto mengatakan, dakwah sejatinya merupakan proses mengubah pola pikir seseorang untuk menjadi lebih baik. Karena itu, dia pun menyatakan bahwa dalam dakwah tak boleh sekali pun pendakwah mengkafirkan orang yang didakwahinya. Terlebih menganggap bahwa dirinyalah yang paling benar.
“Jadi kalau kita lihat ada kelompok yang mengaku kelompok dakwah tetapi kerjanya malah mengkafirkan orang dan melabeli kelompok lainnya dengan label sesat, itu bukan dakwah namanya,” ucap Hajriyanto.
Menghakimi, melabeli dan memvonis, Menurut Hajriyanto bukanlah tugas pendakwah, dan justru membuat orang yang didakwahi justru menjauh. “Kalau sudah menghakimi berarti dia bukan pendakwah lagi tetapi hakim, bahasa-bahasa kafir, sesat itu seperti seorang hakim yang sedang memberi vonis. Itu menghakimi, sebab esensi dakwah itu memperbaiki,” ujar mantan Wakil Ketua MPR RI itu.
Dia menambahkan, selain dakwah yang halus, kerja kemanusiaan Muhammadiyah juga menjadikan umat Islam terbebas dari intoleransi dan radikalisme. “Karena lewat kerja kemanusiaan itulah kita semua membangun interaksi sosial dan rasa kemanusiaan kita. Dan tentunya itu sangat bertentangan dengan intoleransi dan radikalisme,” ujar Hajriyanto Y Thohari (Ribas).