YOGYAKARTA, suaramuhammadiyah.id– Menteri Kesehatan Republik Indonesia Prof Dr dr Nila Djuwita Farid Moeloek Sp M (K) menyatakan bahwa bangsa Indonesia perlu untuk melakukan investasi pada kaum perempuan dalam rangka membangun daya saing bangsa. Khususnya dalam bidang kesehatan dan kesetaraan yang masih menjadi masalah serius di Indonesia.
“Status kesehatan ibu dan anak belum membaik secara signifikan dan masih ada ketimpangan yang lebar,” katanya dalam acara pembukaan Konferensi Nasional “Penguatan Peran Perempuan Muda Menuju Indonesia Berkemajuan” di Ruang Prof Baroroh Baried UNISA, Yogyakarta, Rabu (3/8).
Menteri Nila mengharapkan segenap elemen perempuan bangsa untuk saling membantu dalam menghadapi bonus demografi. Dalam hal ini membentuk generasi bangsa yang produktif. “Yang produktif bantu yang tidak produktif,” ungkapnya.
Menurutnya, ketika menghadapi bonus demografi maka bangsa Indonesia perlu untuk menyediakan banyak manusia berkualitas. Bonus demografi baru benar-benar berguna bagi bangsa dan menjadi bonus ketika segenap elemen generasi muda memiliki kualitas dan kapasitas yang mumpuni. Jika tidak, bonus demografi justru akan menjadi beban dan menimbulkan bencana sosial yang dahsyat. “Jika jumlah manusia berkualitas tidak cukup maka akan menjadi disaster, bahaya bagi kita,” tutur Nila.
Salah satu kendala dalam membentuk manusia produktif, menurut Nila adalah dalam bidang kesehatan. Menurutnya, kondisi kesehatan yang tidak optimal atau berpenyakit akan menimbulkan masalah dan justru menggerogoti anggaran negara, yang semestinya bisa digunakan untuk hal-hal yang produktif. Salah satunya sebut Nila adalah penyakit cacingan. “Kita masih melihat masih ada cacingan di negara yang sudah 71 tahun merdeka,” ujar Nila Moeloek. Penyakit lainnya yang masih menjadi masalah bersama, sebut Nila, terkait dengan penyakit yang diakibatkan oleh rokok, paru-paru, HIV/AIDS, dan hepatitis.
Menghadapi semua itu, Nila mengajak semua elemen bangsa untuk saling bersinergi. Tugas itu menurut Nila tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi juga elemen masyarakat madani semisal Nasyiatul Aisyiyah, yang sejak awal konsen dalam hal pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan perempuan (Ribas/Nisa).