JAKARTA, suaramuhammadiyah.id– Wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Prof Muhadjir Effendy tentang pemberlakukan full day school langsung menjadi trending topic dan menuai beragam respon dari public. Ada yang menyatakan persetujuan dengan beberapa alasan dan tidak sedikit pula yang langsung menolak mentah-mentah.
Ada yang menginterpretasikan bahwa melalui gagasan ini, Mendikbud menginginkan siswa SD dan SMP, baik negeri maupun swasta berada di sekolah dari pagi hingga jam 5 sore, dengan diberikan kompensasi libur dua hari sepekan. Dengan gagasan ini lalu dianggap memaksakan anak dan bahkan akan mematikan madrasah-madrasah diniyah yang umumnya berlangsung sore hari.
Baca juga: Fullday School Jadi Pilihan Mendikbud Muhadjir Effendy
Namun, informasi resmi dari Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud, menyatakan bahwa interpretasi sebagian masyarakat bahwa full day school akan diterapkan secara membabi-buta di seluruh wilayah adalah tidak tepat. Pada prinsipnya, full day school akan dicoba dulu sebagai pilot project dengan muatan yang lebih mengutamakan pendidikan karakter dibanding akademis.
Wacana Mendikbud ini awalnya dilatarbelakangi oleh arahan dari Presiden Joko Widodo yang berpesan bahwa kondisi ideal pendidikan di Indonesia adalah terpenuhinya peserta didik pada jenjang Sekolah Dasar (SD) mendapatkan pendidikan karakter 80 persen dan pengetahuan umum 20 persen. Sedangkan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) terpenuhi 60 persen pendidikan karakter dan 40 persen pengetahuan umum.
Baca juga: Prof Muhadjir Meneruskan Tradisi Muhammadiyah Jadi Menteri Pendidikan
”Merujuk arahan Presiden Joko Widodo, kita akan memastikan bahwa memperkuat pendidikan karakter peserta didik menjadi rujukan dalam menentukan sistem belajar mengajar di sekolah,” demikian disampaikan Muhadjir Effendy, di Jakarta, Senin (8/8).
Mendikbud mengatakan, untuk memenuhi pendidikan karakter di sekolah akan mengkaji kemungkinan penerapan sistem belajar mengajar dengan Full Day School. ”Full Day School ini tidak berarti peserta didik belajar seharian penuh di sekolah, tetapi memastikan bahwa peserta didik dapat mengikuti kegiatan-kegiatan penanaman pendidikan karakter, seperti mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Saat ini sistem belajar tersebut masih dalam pengkajian lebih mendalam,” ujar Mendikbud.
Baca juga: Haedar Nashir Berharap Menteri Muhadjir Tetap Rendah Hati dan Penuh Pengkhidmatan
”Kami akan mengkaji masukan-masukan dari masyarakat, termasuk kondisi sosial dan geografis mana saja yang memungkinkan sistem belajar tersebut diterapkan. Misalnya di daerah mana saja yang orangtuanya sibuk, sehingga tidak punya banyak waktu di rumah,” jelas Mendikbud.
Tujuannya adalah untuk mengejar ketertinggalan dan membentuk karakter anak. “Dengan sistem full day school ini secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orangtua mereka masih belum pulang dari kerja,” kata menteri Muhadjir.
Baca juga: “Ayah Angkat” Mendikbud Muhadjir Meninggal Dunia
Lingkungan sekolah, kata Mendikbud, harus memiliki suasana yang menyenangkan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran formal sampai dengan setengah hari, selanjutnya dapat diisi dengan ekstrakurikuler. ”Usai belajar setengah hari hendaknya para peserta didik tidak langsung pulang kerumah, namun dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan, dan membentuk karakter, kepribadian, serta mengembangkan potensi mereka,” jelas Mendikbud.
”Dengan demikian peserta didik dapat terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif dan kontra produktif, seperti penyalahguaan narkoba, tawuran, dan sebagainya,” tutur Mendikbud.
Baca juga: Kata Sekretaris PP Muhammadiyah dan Menteri Sekretaris Negara Tentang Muhadjir Effendy
Penerapan Full Day School juga dapat membantu orangtua dalam membimbing anak tanpa mengurangi hak anak. Para orang tua, tutur Mendikbud, setelah pulang kerja dapat menjemput buah hati mereka di sekolah. Orangtua dapat merasa aman, karena anak-anak mereka tetap berada di bawah bimbingan guru selama mereka di tempat kerja.
”Peran orang tua juga tetap penting. Di hari Sabtu dapat menjadi waktu keluarga, dengan begitu komunikasi antara orangtua dan anak tetap terjaga, dan ikatan emosional juga tetap terjaga,” kata Mendikbud (Ribas/Nisa).