YOGYAKARTA.suaramuhammadiyah.id-Mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhamadiyah Muhammad Habib Chirzin, menyatakan bahwa globalisasi yang sudah menjadi narasi besar di zaman ini telah membawa banyak paradoks. Di satu sisi, wacana globalisasi telah membawa dampak positif dalam hal transportasi, komunikasi, informasi dan teknologi.
Namun di sisi lain, globalisasi tidak cukup menyelesaikan beragam masalah. Justru globalisasi membawa banyak masalah baru. Jika tidak segera dicarikan solusi, maka globalisasi justru akan menjadi boomerang bagi peradaban dunia. “Ancaman baru terkait dengan ekonomi, sosial, budaya,” tutur Habib Chirzin dalam talkshow Pembukaan Festival Al-Quran, bertempat di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (10/8).
Menurut Habib, banyak yang menduga bahwa globalisasi akan membawa kesejahteraan, keadilan, dan perdamaian dunia. Faktanya justru bahwa sejak awal abad ke-21, beragam permasalahan akibat glolisasi muncul. Beberapa di antaranya adalah human trafficking hingga pornografi.
“Sejak tahun 1990 dunia telah menambah penderitaan penduduk dunia dengan 250 perang antar negara dan konflik sipil baru yang mengakibatkan kematian 100 juta militer dan 100 juta rakyat sipil,” ungkap Habib mengutip Majid Tehranian.
Fakta yang mengejutkan kata Habib, bahwa sampai dengan September 2001, terorisme terjadi di Amerika Latin, Amerika Utara dan Selatan, serta mulai berkembang ke Afrika. Terorisme baru terjadi di Asia setelah itu. Terlebih di Indonesia baru muncul belakangan, setelah era globalisasi.
“Klaim yang sangat arogan dari globalisasi adalah TINA (There Is No Alternative), dari tatanan dunia dan model kemasyarakatan dan budaya, selain yang mereka bangun atas dasar kerakusan (greedines) dan ketakaburan (arrogance). Seolah-olah di dunia hanya ada satu pilihan nasib kemanusiaan dan sejarah peradaban,” ujar Habib.
Untuk menghadapi dampak buruk dari globalisasi itu, Habib menawarkan konsep tajdid baru Muhammadiyah. Termasuk di dalamnya dengan konsep Muhammadiyah ASEAN atauregionalisasi dalam rangka meluaskan jangkauan dakwah kemanusiaan, kearifan sosial dan kearifan budaya Muhammadiyah. Dalam hal ini, dengan mengambil inspirasi dari pesan-pesan moral Al-Quran, terutama tentang prinsip keadilan dan pembebasannya.
“Diperlukan moralitas baru, strategi budaya global baru dan juga peta mental baru (the new mind map) dalam rangka tajdid ilmu dan peradaban di abad kedua persyarikatan Muhammadiyah,” ungkap Habib Chirzin (Ribas).