• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Sabtu, Desember 20, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Tokoh Agama Belum Berperan Maksimal Wujudkan Toleransi

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
10 Agustus, 2016
in Berita
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Tokoh Agama Belum Berperan Maksimal Wujudkan Toleransi
Share

YOGYAKARTA. suaramuhammadiyah.id- Toleransi dan kerukunan masih menjadi permasalahan yang dihadapi oleh setiap umat beragama. Agama dan nilai-nilai perdamaian yang diajarkan sendiri nyatanya memiliki peran dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama. Namun, sejumlah pihak menganggap ada sebagian dari peran agama yang belum mampu mewujudkan perdamaian dan toleransi di antara umat beragama. Dalam Islam sendiri, menurut Prof Syafiq A Mughni, salah satu penyebabnya adalah bahwa masih ada disparitas antara ajaran agama dengan apa yang disampaikan oleh tokoh agama dalam ceramah keagamaan.

“Terkadang masih banyak ajaran agama yang mengedepankan tentang toleransi dan kerukunan antar umat beragama yang belum disampaikan secara tepat oleh tokoh-tokoh agama dalam ceramah,” ujar Syafiq dalam acara Seminar Nasional “Memelihara Toleransi dalam Masyarakat Majemuk” di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) siang tadi, (10/8).

Baca Juga

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

Baca juga: Toleransi, Mengapa Sulit Terwujud?

Menurutnya, banyak contoh seperti yang dilakukan Rasulullah dan kasih sayangnya kepada umat beragama lain seperti Nasrani dan Yahudi yang belum dieksplorasi oleh tokoh-tokoh agama sebagai bahan yang bisa disampaikan dalam ceramah-ceramah keagamaan. Sehingga, tidak salah jika persepsi yang sering muncul adalah bahwa untuk mencintai dan mendekatkan diri kepada Tuhan dilakukan dengan membenci mereka yang berbeda keyakinan.

“Banyak contoh-contoh yang seharusnya mampu dieksplorasi dalam ceramah keagamaan untuk menanamkan toleransi dan kerukunan. Masih banyak yang menganggap mengkafirkan orang lain adalah langkah yang tepat untuk mendekatkan diri dengan Tuhan,” lanjutnya.

Sehingga, Syafiq pun menyimpulkan bahwa masih ada tokoh-tokoh agama yang belum mampu memainkan perannya secara maksimal untuk membawa agama sebagai rahmat bagi alam semesta.

Baca juga: Din Syamsuddin Inginkan Kemajemukan sebagai Kekuatan

Selain hal tersebut, permasalahan lain seperti problem kompetisi, masih membayangi wajah toleransi beragama di Indonesia. Di beberapa daerah, faktor-faktor non-agama seperti ekonomi, sosial dan politik masih menumpangi identitas keagamaan sebagian kelompok dan memunculkan konflik. Menurutnya, masalah kooperasi dan kompetisi tidak hanya terjadi antar umat beragama melainkan diseluruh lini kehidupan masyarakat. Yang terpenting daripadanya adalah bagaimana menyikapinya dengan toleransi serta penghargaan terhadap kelompok-kelompok lain.

“Kooperasi dan kompetisi akan selalu ada, bukan hanya di antara umat beragama. Tanpa Kooperasi, toleransi tidak akan terwujud namun tanpa kompetisi kita tidak akan termotivasi untuk maju. Yang peting adalah saling menghargai kelompok lain,” lanjutnya.

Baca juga: Perkuat Kebersamaan, Muhammadiyah Gelar Silaturahim Lintas Agama

Syafiq menegaskan bahwa untuk mewujudkan kerukunan antar umat beragama yang harus dilakukan adalah dengan memperkokoh demokrasi, bukan hanya dalam tatanan kenegaraan namun juga kultural demi menjaga keberagaman. Disamping itu, kemanusiaan dan kesamaan pandangan seluruh agama terhadap ‘keadilan’ membuat keduanya menjadi pondasi dalam mewujudkan kerukunan. Muhammadiyah, Syafiq mencontohkan dengan peran Muhammadoyah Disaster Management Center yang bergerak di bidang kemanusiaan dan juga sejumlah lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tersebar di sejumlah wilayah minoritas Muslim di Indonesia. Contohnya adalah Papua dan NTT.

“Dalam hal kemanusiaan, Muhammadiyah melalui MDMC dan sejumlah lembaga pendidikan Muhammadiyah di wilayah-wilayah minoritas Muslim semisal, telah memberikan contoh bahwa kemanusiaan bergerak melampaui ras, agama dan suku. Dalam tatanan praktik toleransi, Muhammadiyah tidak hanya memberikan wacana namun sudah sampai kepada aksi,” tandasnya (Th).

Tags: muhammadiyahpraktik toleransiToleransiumat beragama
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah
Berita

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

28 September, 2024
Prof Dr Abdul Mu'ti
Berita

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

22 Agustus, 2024
Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah
Berita

Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah

2 Juli, 2024
Next Post
Mendikbud: Jadi Tidaknya Full Day School  Di Tangan Presiden Jokowi

Mendikbud: Jadi Tidaknya Full Day School Di Tangan Presiden Jokowi

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In