Indonesia Butuh Banyak Sejarawan Islam

Indonesia Butuh Banyak Sejarawan Islam

YOGYAKARTA.suaramuhammadiyah.id-Guru besar Ilmu Sejarah Prof Azyumardi Azra  menyatakan bahwa keberadaan sejarah merupakan hal penting yang tidak bisa dinomorduakan. Terlebih dalam konteks Indonesia, perebutan wacana dan kepentingan politis sering menjadikan sejarah tersajikan secara subjektif dan bias nilai.

Menurut Azra, banyak sejarawan yang lahir belakangan berasal dari kalangan bukan santri dan tidak memahami konsep-konsep dasar Islam. Akibatnya, sejarah kerap dipaparkan dengan tidak melibatkan peranan umat Islam dan doktrin Islam sama sekali di balik suatu peristiwa sejarah di Indonesia.

“Bagaimanapun, agama seseorang itu mempengaruhi,” ungkap anggota Konsultan Ahli Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah itu dalam acara Focus Group Discussion (FGD) bersama dengan redaksi Suara Muhammadiyah, Kamis (11/8) malam.

Baca: Prof. Azyumardi Azra: Internasionalisasi Berarti Membangun PTM Menuju Center of Excellence

Beberapa contoh produk sejarah yang bersifat bias dan harus dikoreksi, sebut Azra, semisal perlawanan petani Banten yang sering dipersepsikan hanya didorong oleh ideologi petani, jarang menyebut sebagai akibat dari perlawanan orang-orang tharekat (sufi).

Demikian halnya dengan perang Dipenogoro, hingga sejarah kebangkitan Nasional yang diidentikkan dengan Budi Otomo, bukan Serikat Islam. Padahal fakta sejarah menunjukkan Serikat Islam lebih pantas menyandang status sebagai organisai awal yang mendorong kebangkitan nasional, dibandingkan dengan Budi Utomo yang bersifat local.

Merujuk pada fakta peminggiran peranan agama tersebut, mantan rector UIN Syarif Hidayatullah ini mendorong supaya muslim Indonesia mulai memikirkan langkah-langkah strategis untuk melahirkan dan memperbanyak jumlah sejarawan yang paham dengan konsep-konsep Islam, serta mampu memposisikan agama dalam sejarah secara tepat dan objektif (Ribas).

Baca: Minder Jadi Muslim Indonesia? Ini Jawaban Prof Azyumardi Azra

Exit mobile version