GARUT, suaramuhammadiyah.id,- Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Kabar duka dari Garut Jawa Barat, Abah Eme atau Eme Suganda, guru silat Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut, meninggal dunia.
Abah Eme meninggal dalam usia 105 tahun. Meninggal Rabu (10/8/2016) pukul 20.20 WIB. Meninggal di rumah sakit umum daerah (RSUD) Garut setelah menjalani perawatan kesehatannya yang terganggu.
Eme selama ini dikenal sebagai guru pencak silat di ma’had Darul Arqam Muhammadiyah, Garut. Meski keahlian dan dedikasinyanya di pencak silat tak ada yang meragukan, namun dia menolak disebut sebagai “jago” atau “pendekar”. Eme sudah cukup puas jika disebut sebagai orang yang “bisa” silat.
Eme pertama kali belajar silat pada tahun 1942. Itupun hanya sekedar untuk menambah pergaulan dan bekal membela diri. Pada masa itu, bagi anak muda Garut belajar silat hukumnya wajib.
Setelah menguasai ilmu silat, pada tahun 1978, dia diminta oleh salah satu gurunya mengajar silat di beberapa pesantren yang ada di Garut, termasuk Pondok Pesantren Darul Arqam. Pada saat yang sama, Eme juga mengajar silat di sekolah-sekolah dasar di Garut. Ia mengajar kelas 1-3 di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut sejak tahun 80an.
Abah Eme dikenal sebagai seorang tokoh dan pendekar besar pencak silat Garut. Sepanjang hidupnya dihabiskan dengan mengabdikan dirinya untuk terus berjuang dan membesarkan pencak silat sebagai budaya bangsa. Sampai menjelang wafatnya, jadwal mengajar pencak silatnya masih padat.
Melihat dedikasi Abah Eme yang tinggi terhadap ilmu silat, wajar saja kalau beragam penghargaan sudah diraihnya. Termasuk deretan piala yang dipajang di ruang tamu rumahnya. Kepopuleran silat Eme ternyata tak hanya bergaung di Garut. Beberapa muridnya selain di Garut tercatat berasal dari Kanada, Belanda serta beberapa negara di kawasan Asia Tenggara (le).