Noordjannah: Jangan Sampai Kita Meninggalkan Generasi yang Lemah

Noordjannah: Jangan Sampai Kita Meninggalkan Generasi yang Lemah

YOGYAKARTA. suaramuhammadiyah.id-Dalam Tasyakur Milad Aisyiyah  ke 102 oleh Pimpinan Wilayah Yogyakarta kemarin Ahad, (14/8) Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini berpesan bahwa umat Islam tdak boleh meninggalkan generasi yang lemah dan mengkhawatirkan bagi agama, masyarakat ataupun kepentingan universal. Atas dasar itulah, di usianya yang telah melampaui satu abad ini Aisyiyah memandang gerakan perlindungan anak dan penguatan keluarga menjadi hal yang sangat urgen.

“Berlandaskan surat An-nisa ayat 9, mendorong gerakan yang digalakkan dalam milad Aisyiyah kali ini agar mewujudkan pesan bahwa kita tidak boleh meninggalkan generasi dan anak-anak yang lemah,” tuturnya.

Baca juga: Aisyiyah DIY Luncurkan GACA (Gerakan Aisyiyah Cinta Anak)

Menurut Noordjannah, ihi harus dijadikan spirit agar anak-anak kita di kemudian hari tidak menjadi generasi yang lemah khususnya dari sisi akidah, yang akan mempengaruhi kehidupan keluarga mereka di kemudian hari. Ia juga menuturkan bahwa banyak faktor yang mampu mewujudkan visi tersebut. Di antaranya pendidikan, penguatan akhlak, akidah, dan salah satunya adalah wacana full day school yang sempat terlontar dari Mendikbud RI beberapa waktu lalu.

“Terlepas dari kontroversi yang ada terkait wacana full day school, keberadaan wacana itu pastinya diambil bukan hanya untuk kepentingan jangka pendek saja, namun juga mempertimbangkan segala aspek salah satunya agar anak kita tidak menjadi generasi yang lemah,” lanjutnya.

Baca juga: Theme Song Muktamar XIII Nasyiatul Aisyiyah Dilaunching, Download Lagu dan Liriknya di sini

Agar tidak meninggalkan generasi yang lemah, Aisyiyah pun mengambil langkah dengan menjadikan keluarga sebagai institusi yang kokoh. Melalui Gerakan Aisyiyah Cinta Anak (GACA) yang digagas pada Rakernas Aisyiyah waktu lalu, ingin memberi pesan agar anak-anak kita bisa dibentuk menjadi pribadi yang mandiri serta tangguh.

“Menarik sekali melihat pesan di banner yang ada di luar gedung ini. Di sana dituliskan bahwa apabila kita punya wkatu untuk mengikatkan tali sepatu anak kita, berarti kita juga punya waktu untuk mengajarinya memakai sepatunya sendiri. Ini adalah isyarat agar kita mengajarkan anak kita menjadi pribadi yang mandiri,” terang Noordjannah.

Gerakan Cinta Anak sendiri, menurut Noordjannah dimulai dengan kata ‘Cinta’ kepada anak, karena kekerasan terjadi karena orang dewasa yang sudah jauh dari rasa cinta khususnya kepada anak-anaknya dan keluarganya sendiri. “Kata ‘Cinta’ dalam gerakan cinta anak oleh Aisyiyah ini adalah untuk bumi, dan kata cinta untuk anak adalah mewujudkan islam rahmatan lil alamin. Maka keluarga harus menjadi yang utama dalam mencintai anak,” tandasnya (Th).

 

Exit mobile version