YOGYAKARTA.suaramuhammadiyah.id-Ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir terpilih sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh versi Majalah Men’s Obsession. Di edisi HUT ke-71 Republik Indonesia ini, menampilkan profil 71 Tokoh Berpengaruh di Indonesia 2016 yang merupakan tokoh-tokoh berprestasi dan inspiratif.
Sudah menjadi rutinitas, setiap kali memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, Majalah Men’s Obsession hadir dengan edisi yang menghadirkan tokoh-tokoh yang memberi peran dalam mengisi hari kemerdekaan.
Para tokoh-tokoh tersebut, berasal dari berbagai latar belakang yang dinilai memiliki peran dan pengaruh besar bagi khalayak luas. Baik karena aspek ketokohannya, penguasaan sumberdaya ekonomi yang dimiliki, maupun karena predikat jabatan atau kedudukan yang diembannya.
Munculnya nama Haedar Nashir hanyalah salah satu dari bentuk pengakuan bagi kiprah para tokoh Muhammadiyah. Menurut para dewan juri, Haedar dengan gerakan Muhammadiyah yang dipimpinnya dinilai mampu meletakkan tiga prioritas program.
Pertama, dalam konteks keumatan, Muhammadiyah ingin mendorong umat beragama agar semakin mengembangkan dan meningkatkan nilai-nilai toleransi, kemajuan, dan perdamaian.
Kedua, dalam konteks kebangsaan, Muhammadiyah sebagai gerakan moral aktif mendukung pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan marginalisasi, serta konsisten mendidik generasi bangsa melalui gerakan keilmuan, sehingga bisa berdaya saing sejajar dengan bangsa lain.
Ketiga, dalam konteks kemanusiaan universal, Muhammadiyah mengambil peran-peran perdamaian dan keadaban publik. Muhammadiyah terlibat melalui gerakan kemanusiaan dan filantropi.
Dewan juri juga mempertimbangkan bahwa sosok Haedar merupakan tokoh yang bersih dari tarikan politik praktis. Haedar sama sekali tidak memiliki catatan karier di partai politik mana pun, sehingga bisa memiliki daya tawar dan mampu untuk mengambil garis tegas dalam kepemimpinannya.
Riwayat hidup pria kelahiran Bandung 25 Februari 1958 itu justru lebih banyak diisi dengan karier berorganisasinya di Muhammadiyah dan dunia akademis. Tak heran jika Haedar begitu paham sejarah dan arah perjuangan Muhammadiyah. Oleh karena itu pula, ia dijuluki Ensiklopedia Muhammadiyah Berjalan. (Ribas)