Oleh; Athiful khoiri
Kaum Muslimin, jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah.
Marilah dalam kesempatan yang mulia ini, kita bersama-sama mengungkapkan rasa syukur ke haribaan Allah SwT, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas limpahan rahmat, taufiq serta hidayah, yang tiada henti-hentinya hingga detik ini.
Shalawat senandung salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw, keluarga, sahabatnya, kita semua dan siapa saja yang mencintai dan mengikutinya.
Kaum Muslimin, jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah.
Sebagai warga negara yang hidup di tengah kemajemukan seperti Indonesia, kita dituntut untuk selalu menampakkan kebaikan dan kebermanfaatan dalam setiap lini kehidupan bermasyarakat, tak pandang suku, ras, dan agama yang kita anut.
Kepada penganutnya semua agama menyerukan demikian, tak terkecuali Islam. Allah SwT melalui firman-Nya, mengajarkan agar umat Islam selalu menyerukan kepada yang ma’ruf, dan mencegah kepada yang munkar.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali-Imran [3]: 104).
Kaum Muslimin, jamaah shalat Jum’at yang berbahagia.
Dalam tataran konsep, Islam dianggap sebagai agama yang terbaik, unggul, indah, dan paling sempurna. Hal demikian diyakini umat Islam sendiri. Sebab ajaran Islam yang bisa dibaca dalam Al-Qur’an mengatakan yang demikian itu.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (Al-Imran [3]: 110).
Namun, pada kenyataannya tidak selalu seperti itu, antara keindahan ajaran dengan perilaku penganutnya tak jarang berbeda. Dalam implementasi sehari-hari, tiap-tiap individu tidaklah sama. Tergantung kadar dan kualitas diri masing-masing pribadinya. Jadi, pada sebagian orang baru bisa meyakini keindahan ajaran itu, belum mampu menjalankan bahkan mengamalkannya.
Kaum Muslimin, jamaah shalat Jum’at yang berbahagia.
Selama ini, kita sebagai Muslim selalu meyakini, bahwasanya Islam mempunyai misi sebagai rahmat bagi alam semesta, rahmatan lil-‘alamin. Akan tetapi, misi yang mulia itu mulai terkikis dari kehidupan kita sehari-hari, bahkan tidak tampak sama sekali.
Tak jarang, yang selalu kita kedepankan adalah sebaliknya, saling gasak, saling sikut, tindak kekerasan, penipuan, pencitraan, perilaku hedon, dan sejenisnya. Sehingga muncul pertanyaan yang menggelitik untuk kita renungkan bersama: rahmatan lil-‘alamin-nya mana?
Oleh karenanya, marilah kita selalu ber-fastabiqul khairat untuk menjadi umat terbaik. Yaitu mereka yang memahami dan mengetahui tentang kebaikan dan keindahan ajaran, serta mampu menerjemahkannya dalam langkah kehidupan sehari-hari.
KHUTBAH KEDUA
Kaum Muslimin, jamaah shalat Jum’at yang dirahmati Allah.
Untuk mengakhiri khutbah kedua ini, marilah kita bersama-sama berdoa, memohon keharibaan Allah SwT, dengan khusyu’ dan ikhlas. Semoga Allah SwT mengampuni dosa-dosa kita, serta memasukkan kita ke dalam surga-Nya.
Allahuma ya Allah, jadikan kami sebagai umat terbaik, umat teladan, umat yang selalu patuh dan taat kepada-Mu, umat yang mampu melakukan amar ma’ruf nahi munkar atas dasar petunjuk-Mu. Ya Allah jadikan kami sebagai pengikut Nabi-Mu yang terbaik, jauhkan kami dari sifat-sifat sombong, takabur, saling dengki, hasud, dan permusuhan. Hiasi hati kami, dengan sifat-sifat sabar, ikhlas, pandai bersyukur, tawakal dan istiqamah.•