JAKARTA.suaramuhammadiyah.id-Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyatakan bahwa sosok Kyai Ahmad Dahlan memiliki pandangan keagamaan progresif yang harus dilestarikan oleh segenap warga Muhammadiyah. Menurutnya, sosok pendiri Muhammadiyah itu tidak hanya mengutamakan nilai keagamaan ritual namun juga menyeimbangkan dengan fungsi dan dimensi agama yang bersifat membebaskan, memberdayakan dan memajukan manusia.
Hal itu dikatakan Haedar saat memberi sambutan di acara Rakernas I Majelis Pelayanan Sosial (MPS) PP Muhammadiyah yang digelar di Hotel Grand Cempaka, Jalan Letjen R Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Kamis (18/8).
Baca: Buka Rakernas Majelis Pelayanan Sosial, Haedar Nashir: Keadilan Sosial Jadi Prioritas
“Kalau kita melihat sejarah, jejak dari perjalanan dan kiprah Muhammadiyah yang dirintis Kyai Dahlan, pendiri Muhammadiyah, fungsi pelayanan sosial adalah bagian dari pandangan keagamaan yang mengajarkan kita bahwa beragama itu harus ada fungsi untuk membebaskan, memberdayakan dan memajukan hidup manusia,” ujar Haedar.
Menurut Haedar, Kyai Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912 itu justru mengaplikasikan agama sebagai rumusan transformasi sosial masyarakat. Sehingga pelayanan sosial menjadi ciri gerakan Muhammadiyah.
Kyai Dahlan menjadi terobosan baru di awal abad ke-20. Saat dimana masyarakat pribumi dalam kondisi keterbelakangan dalam berbagai bidang kehidupan. “Saat itu kita saksikan umat dan bangsa kita dalam kondisi miskin, bodoh, tertindas dan dhuafa,” kata Haedar.
Haedar juga menceritakan tentang awal mula theologi al-Maun diajarkan oleh Kyai Dahlan kepada seluruh muridnya, mulai dari masyarakat tataran elit hingga masyarakat kelas bawah. Kyai Dahlan berkeyakinan di balik surat yang dibaca dan dihafal itu ada imperatif teologis yang sangat tajam dan punya dampak luas untuk perubahan social menuju kemajuan.
“Awalnya mereka diajarkan 3 bulan. Mereka sempat protes. Namun yang diajarkan Dahlan, orang selain salat, ia harus membebaskan anak yatim dan kaum yang miskin. Sehingga jadi insan yang berdaya, mandiri dan sederajat dengan insan lain,” kata salah satu tokoh berpengaruh 2016 versi Majalah Men’s Obsession baru-baru ini.
Baca: Haedar Nashir Tokoh Berpengaruh 2016
Keistimewaan surat al-Maun yang diajarkan oleh kyai Dahlan ternyata membawa dampak besar dalam upaya pencerahan umat. “Yang mungkin para ulama sebelumnya belum bisa menguak. Mereka yang belum berkenalan dengan teori teologi pembebasan, Marxis, menggunakan ketajaman rasio hingga menemukan bahwa ayat ini adalah ayat transformatif, ayat pencerahan,” tutur Haedar Nasir.
Rakernas yang akan berlangsung hingga Ahad (21/8) itu turut dihadiri oleh Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhajir Effendy, Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher Parasong, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat, serta perwakilan UNICEF, Save The Children, dan SOS Children Villages. (Ribas)