Ibu, Sumber Masalahku

karunia anak

Ilustrasi

Assalamu’alaikum wr wb.
Ibu Emmy yth, saya, ibu dari dua orang anak yang Alhamdulillah sehat dan cerdas. Suami sangat menyayangi keluarga, maka saya selalu berusaha menjadi ibu dan istri yang lebih baik. Saya tidak pernah membedakan anak, maka hubungan kami hangat dan terbuka. Saya justru tidak pernah membayangkan bahwa masalah terbesar dalam hidup saya ternyata dari ibu.
Kepada saya, ibu selalu menuntut banyak hal, termasuk minta rumah untuk adik saya. Sementata kepada adik, ibu selalu khawatir, karena gajinya yang kecil. Adik memang selalu “digendong” oleh ibu. Kuliah tidak selesai karena menghamili dan harus nikah. Pesta meriah sampai harus menjual sawah dan tanah warisan. Setela bekerja masih suka pulang siang ke rumah ibu dan diberi uang transport. Padahal sebetulnya sudah dibelikan motor sampai lebih dari 2 kali, tapi selalu dijual.
Salahkah bila saya sebal dan jadi benci pada ibu? Baru-baru ini ibu sakit, saya sampai tega lho, tidak menengoknya, meski biaya perawatan saya yang bayar. Bagaimana saya harus bersikap pada ibu? Mengubah rasa benci jadi sayang? Rasanya lelah, saya rindu pada ayah, tapi kalau ketemu ibu pasti kami ribut. Tolong saya, Bu. Saya ingin memperbaiki hubungan dengan ibu. Jazakumullah atas jawabannya.
Wassalamu’alaikum wr wb.
R, somewhere
Wa’alaikumsalam wr wb.
Ibu R yth, memang ada ibu yang jelas-jelas membeda-bedakan anaknya. Sejak awal kehidupan, seorang ibu adalah sosok yang paling bermakna dalam kehidupan seseorang, maka tingkat ketergantungan yang tinggi pada ibu bisa menjadi sumber tekanan hidup yang berat. Ketika sang ibu memanipulasi ketergantungan psikologis anaknya guna kepentingan ibunya semata tanpa/kurang mengindahkan keperluan anaknya. Bisa terjadi demikian, karena kebanyakan perempuan kurang mempersiapkan secara psikologis untuk berperan pada tumbuh kembang anak. Tapi, Allah memberi karunia yaitu naluri keibuan, sehingga apapun akan dilakukan oleh ibu untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan anaknya. Dilengkapi dengan pengalaman yang pernah ia peroleh saat diasuh oleh ibunya serta norma dan nilai kehidupan yang terkait dengan perannya. Sehingga proses pengasuhan tetap bisa berjalan dengan baik.
Ada ibu yang mempunyai keyakinan bahwa anak laki-laki lebih berharga disbanding anak perempuannya karena ia meneruskan nama keluarganya. Tapi, ada yang secara adat-istiadat justru mengutamakan wanita. Nilai anak untuk seorang ibu, sangat mempengaruhi bagaimana ia mengembangkan pola asuhnya. Ada juga hal-hal yang lebih subyektif sifatnya, seperti anak yang sakit-sakitan, sehingga ibunya overprotektif. Bila ibu menyadari pentingnya perkembangan harga diri dan citra diri anak untuk hidup nyaman di masa dewasa. Ibu akan mencoba memperlakukan anaknya dengan lebih bijaksana.
Dari sisi anak, tentu tak senang bila dibanding-bandingkan dengan saudaranya, atau melihat ada perbedaan perlakuan orang tua pada anaknya. Yang bisa menumbuhkan keyakinan bahwa ia tidak disayang seperti yang ia harapkan ia peroleh dari orang tuanya. Tapi ada juga anak yang mempunyai ciri positif dalam dirinya, mandiri, kompeten dan dapat diandalkan sehingga ibunya punya keyakinan ia dapat diandalkan keluarga, tapi karena tak pernah ada penghargaan pada kelebihannya akibatnya anak menafsirkan “adil” sebagai kesetaraan pada semua anak.
Saya ingin mengajak untuk bersyukur atas nikmat Allah. Kelebihan  yang lebih dari yang diharapkan, lebih dari yang ada pada ibu dan adik anda, lebih dari apa yang anda butuhkan. Bisa memberi uang bulanan pada mertua dan ibu, itu nikmat keuangan. Selalu dimintai tolong untuk adik, ini nikmat Allah dalam bentuk kedewasaan, kemandirian dan kebijaksanan. Belum lagi punya suami dan anak-anak yang ok. Adik belum memiliki ini , bukan? Bila Ibu merasa dilecehkan karena harus selalu membereskan adik, justru ini nikmat karena Ibu lebih pandai menghargai, lebih trampil mengelola hidup dan jelas lebih dewasa.
Bila Ibu meyakini betapa banyak nikmat yang dating pada Ibu, dengan takjub ibu akan heran, kok kasihan ya ibu dan adik. Selanjutnya gali sifat ibunda dari sudut pandang yang lebih positif. Bukankah ia peduli pada anaknya dan ia berhasil mendidik Anda tumbuh menjadi sosok yang tangguh dan selalu menolong keluarga? Fokus melihat pada kelebihan ibunda. Bila, emosi bisa diredam dan Anda bisa memiliki sedikit penghargaan pada ibunda insya Allah Anda akan mampu melakukan seperti manusia yang dimuliakan Allah yaitu memaafkan. Saya kok yakin dengan semua yang sudah Anda berikan pada adik dan ibu, mudah bagi Anda untuk memaafkan. Tuntaskan langkah-langkah ini, maka kelak pertemuan dengan dibingkai oleh hati yang telah terbarukan oleh lebih banyak syukur atas nikmat dan kemampuan memaafkan. Mantapkan, langkah ke arah ini, agar Anda bisa berakrab-akrab dengan ayah tanpa bersitegang dengan ibu. Semoga Allah selalu memberi keberkahan dalam kehidupan keluarga ibu. Amin.•

***) Emmy Wahyuni, Spsi (seorang pa­kar psikologi)

Exit mobile version