UMM Buka Sejumlah Pendidikan Profesi

UMM Buka Sejumlah Pendidikan Profesi

MALANG, suaramuhammadiyah.id-Dalam waktu dekat, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) akan memiliki sejumlah Program Studi (Prodi) Pendidikan Keprofesian baru, di antaranya Pendidikan Profesi Apoteker, Fisioterapi, dan Insinyur.

“Untuk Profesi Apoteker, Kami tinggal menunggu validasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT),” kata Wakil Rektor II Prof Dr Syamsul Arifin MSi saat ditemui di ruang kerjanya (22/8). Saat ini UMM baru memiliki dua Prodi Pendidikan Profesi, yakni Pendidikan Profesi Ners/Keperawatan dan Profesi Akuntansi.

“Untuk menjadi seorang apoteker, dia harus memiliki sertifikat profesi. Sama halnya dengan kedokteran dan guru yang diperoleh dari pendidikan keprofesian. Tanpa itu, dia tidak bisa menjadi profesional di bidangnya,” lanjut Syamsul.

Selain profesi Apoteker, UMM juga sedang mewacanakan pendirian Prodi Pendidikan Profesi Fisioterapi. Ia menyatakan pihaknya sedang menggodok segala kelengkapan dan kemungkinan-kemungkinan jika membuka Prodi Pendidikan Profesi Fisioterapi.

UMM juga bakal mendirikan Program Studi Pendidikan Profesi Insinyur. Untuk bisa membuka prodi tersebut, UMM setidaknya harus memiliki enam tenaga kependidikan yang terkualifikasi sebagai Insisyur Profesional Madya yang diperoleh dari Persatuan Insinyur Indonesia (PPI). “Saat ini, UMM baru memiliki empat orang yang tersetifikasi Insinyur Profesional Madya. Saat ini UMM sedang mempersiapkan 10 orang untuk disertifikasi,” kata Syamsul.

Menurut Syamsul, dari 14 prodi yang ada di jenjang pasca sarjana UMM, kesemuanya merupakan disiplin ilmu Humaniora. Sehingga dalam beberapa tahun mendatang, UMM akan melengkapi sejumlah jenjang pendidikan keprofesian di bidang keilmuan lainnya seperti agama juga teknik.

Di Malang sendiri terdapat setidaknya empat perguruan tinggi yang diminta oleh Kementrian Riset, Teknologi dan Direktorat Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti) untuk membuka Prodi Pendidikan Profesi, salah satunya UMM.  “Di seluruh Indonesia, hanya ada 40 yang diperkenankan oleh Kemenristek Dikti,” pungkas Syamsul. (Humas UMM)

Exit mobile version