UK. suaramuhammadiyah.id-Sakina Dharas (24) bersama saudari perempuannya Maryam (19) serta saudara laki-lakinya Ali (21) sedang berada di dalam pesawat EasyJet flight EZY3249 di bandara Stansted, London saat Sakina dan Maryam dikawal oleh turun dari pesawat untuk diinterogasi oleh petugas bandara. Keduanya yang berasal dari London bagian Northwest itu dituduh oleh sesama penumpang tujuan London ke Naples, Italia sebagai anggota kelompok ekstrimis ISIS pada Rabu (17/8) lalu.
Kepada Al-Jazeera Sakina menerangkan bahwa ia dan saudarinya Maryan diturunkan karena ada dua penumpang yang melihat kalimat dengan huruf Arab di atas layar ponsel mereka dengan tulisan ‘Alhamdulillah’. Sedangkan, saudara laki-lakinya yang otomatis tidak mengenakan headscarf atau penutup kepala, diizinkan untuk kembali ke tempat duduknya.
“Pertama, itu adalah bagian dari Al-Qur’an, dan walaupun kita memilikinya bukan berarti kita adalah anggota ISIS. Kita tidak membuka apapun di ponsel kami yang ada hubungannya dengan teks Arab. Kami juga berasal dari etnis India, maka kami pun tidak berbicara menggunakan bahasa Arab dengan siapapun, ”
“Tentunya sangat relevan jika akhirnya, saudara laki-laki kami yang berkulit putih dan bermata hijau tidak dilayangkan tuduhan serupa. Hanya kepada saya dan saudari saya yang memakai hijab. Karena mereka tidak menyadari bahwa saudara laki-laki kami juga terbang bersama kami,” tutur Sakina, dilansir dalam laman Facebooknya.
Selama satu jam berada di bawah interogasi petugas dan agen MI5, Sakina diminta untuk menjelaskan satu persatu stampel yang tertera di dalam paspornya. Ia menunjukkan bukti percakapan di Whatsappnya, serta sejumlah jawaban terkait pertanyaan-pertanyaan personal.
“Saya sangat merasa dipermalukan. Paling tidak, petugas itu mengantar kami kembali dan menunjukan kepada penumpang lain bahwa kami tidak melakukan kesalahan apapun dan bahwa ini tidak lain adalah sebuah kesalahpahaman,” tutur Sakina. Sebelumnya, Sakina juga mengaku telah mendapatkan tuduhan rasis terhadap penutup kepalanya.
“Dengan seluruh hal yang beredar di media dan kondisi yang kami jalani kini, kami mulai terbiasa dan tidak lagi sensitive dengan itu semua. Pendidikan yang tinggi adalah cara terbaik untuk melawan pengabaian ini,” tegasnya.
Menyusul adanya peningkatan Islamophobia di Inggris, Direktur Right Watch UK, Yasmine Ahmed menekankan bahwa kasus yang menimpa Sakina dan saudaranya telah meningkatkan kekhawatirannya terhadap hak asasi. Menurutnya, perlakuan terhadap pemuda-pemudi muslim Inggris tersebut tidak bisa diterima dan terus diabaikan. Ia pun menuntut kepada pemerintah untuk menjelaskan secara tegas dan proporsional terkait tuduhan palsu yang dilayangkan oleh sesama penumpang kepada ketiganya. Atapun, sikap dan perlakukan petugas MI5 yang mengatakan kepada Sakina dan kedua saudaranya, “Kami akan menunggu kedatangan kalian lagi.”
“Insiden serupa, yang sayangnya telah menjadi sangat familiar dengan kita semua, terus meningkatkan pertanyaan apakah pemerintah benar-benar berkomitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai Inggris dalam mendorong dalam upaya counterterrorism, ataukah strategi counterterrorism mereka telah didorong oleh popularisme?” pungkas Yasmin kepada Aljazeera (Th).