Oleh; Djumroni
Jamaah sidang Jum’ah yang berbahagia rahimakumullah.
Marilah kita tingkatkan iman dan takwa kepada Allah SwT dengan selalu memanjatkan puji syukur kepada Allah SwT atas nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita sehingga dapat melaksanakan ibadah jum’at di Masjid yang kita gunakan untuk kegiatan ibadah Jum’at saat ini.
Kaum muslimin rahimakumullah
Setiap manusia fitrahnya memiliki sifat otimisme (Ar-raja’) yaitu perasaan tenang dalam dirinya menunggu sesuatu yang disukainya dan berharap perasaan yang bersifat menetap, mapan dan lestari, bukan keadaan yang cepat lenyap
Optimis merupakan perasaan berdasarkan suatu alasan yang dapat diraih melalui penyebabnya, jika tidak ada penyebabnya untuk meraih maka dikatakan omong kosong atau hanya angan-angan atau hanya melamun.
Firman Allah Al-Qur’an surat An-Nisaa’ 123:
“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang melaksanakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan.”
Jamaah sidang Jum’ah yang berbahagia rahimakumullah.
Pada ayat tersebut Allah menegaskan bahwa tidak ada keistimewaan bagi seseorang kecuali dengan amal shalihnya dan tidak mungkin ia luput dari azab Allah dan mustahil dia masuk surga semata-mata dengan mengatakan bahwa agama yang dianut adalah agama yang paling baik dan sempurna, serta nabi-nabi dan Rasul-rasul yang ikuti adalah yang tinggi derajatnya di sisi Allah, seperti yang dikatakan ahli kitab itu.
Hendaklah orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, melaksanakan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya karena itu pahala yang diberikan Allah berdasarkan amal yang dilakukan dengan dasar ikhlas, bukan berdasarkan ucapan/ perkataan dan angan-angan kosong. Allah mendatangkan agama tidak untuk bermegah-megahan dan berbangga-bangga tetapi untuk diamalkan
Jamaah sidang Jum’ah yang berbahagia rahimakumullah.
Sikap optimis merupakan kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh orang yang menempuh jalan Allah seandainya meninggalkan walaupun barang sekejab, niscaya akan binasa.
Sifat optimis merupakan salah satu penyebab paling kuat yang dapat membantu seseorang untuk menempuh jalan yang benar dan istiqamah dalam melaksanakan agama Islam.
Jamaah sidang Jum’ah yang berbahagia rahimakumullah.
Optimis lawan putus asa, putus asa karena luput dari rahmatnya Allah dan tidak ada kemauan hati untuk mencari solusinya. Sikap seperti ini merupakan perbuatan durhaka.
Oleh karean itu sikap optimis harus kita wujudkan dalam rangka meraih suatu cita-cita dalam kehidupan.
Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Yusuf: 87
“dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”
Pada ayat ini merupakan gambaran orang yang istiqamah tidak pantang menyerah apalagi menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya kecuali orang-orang kafir dan orang-orang yang tersesat seperti firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr: 56:
“Ibrahim berkata: ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat’.”
Adapun orang-orang mukmin tidak akan goyah imannya karena bahaya yang melandanya. Mereka tetap sabar dan tabah menghadapi segala kesulitan yang dialaminya. Ia dengan rela penuh ikhlas menerima qada dan kadar dari Allah SwT dengan keyakinan bahwa suatu saat nanti Allah akan menghilangkan semua itu.
Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al Hajj 38 telah ditegaskan:
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.”
Jamaah sidang Jum’ah yang berbahagia rahimakumullah.
Orang yang memiliki sifat optimis mempunyai kelestarian dalam menjalankan ketaatan lagi menegakkan semua yang dituntut oleh keimanannya dan berharap agar Allah tidak memalingkannya, menerima amalnya serta melipat gandakan amalnya.
Jamaah sidang Jum’ah yang berbahagia rahimakumullah.
Optimis adalah obat penawar yang diperlukan oleh dua macam orang yaitu:
1. Orang yang telah dikuasai rasa putus asa, akan mudah meninggalkan ibadah bahkan berpendapat ibadah tidak ada faedahnya.
2. Orang yang dicekam oleh rasa takut/ khawatir sehingga merugikan dirinya dan juga keluarganya.
Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita menjadi orang yang memiliki sikap optimis tidak mudah putus asa.
Khutbah Kedua
Jamaah Jum’at yang berbahagia
Selanjutnya marilah kita berdoa kepada Allah SwT, mudah-mudahan kita termasuk orang memiliki jiwa optimis sehingga tidak mudah putus asa.•
————————-
Djumroni, MPd, Anggota Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting PWM Daerah Istimewa Yogyakarta.