YOGYAKARTA, suaramuhammadiyah.id–Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam sambutan pembukaan Muktamar Nasyiatul Aisyiyah di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat (26/8) menjelaskan tiga wajah agama dalam perspektif Muhammdiyah. Berdasar pada tiga wajah Islam tersebut, Muhammadiyah mampu menjadi gerakan Islam berkemajuan yang mampu bertahan lebih dari 1 abad.
Pertama, Islam sebagai din al-taghyir (agama perubahan). Menurut Haedar Islam yang dibawa oleh Kyai Dahlan merupakan agama yang membawa perubahan. Kyai Dahlan muda mampu menangkap spirit perubahan dari surat al-Maun yang kerap dibaca dalam solat.
“Al-Maun dahulunya hanya indah dibaca, tapi tidak mengubah apapun. Di tangan Dahlan muda, ayat itu menjadi ayat transformative. Membebaskan dan memberdayakan kaum mustadl’afun. Menjadi ayat yang progresif yang melahirkan perubahan,” tutur Haedar.
Oleh karena itu, Haedar berharap Muhammadiyah dan khususnya Nasyiatul Aisyiyah mampu membawa perubahan bagi segenap bangsa. “Ketika perubahan itu lahir dari organisasi agama ia akan kekal, ia awet, ia abadi,” ungkap Haedar.
Kedua, Islam sebagai din al-tanwir (agama pencerahan). Haedar menuturkan bahwa Islam sejatinya adalah agama yang membawa pencerahan. Nabi mengubah tatanan kehidupan beragama penduduk Makkah menjadi masyarakat yang maju yang disebut Madinah al-Munawwarah.
Atas pandangan tersebut, Muhammadiyah menetapkan nama sidang tertinggi setelah muktamar dengan nama sidang tanwir, sebagai pranata permusyawaratan Muhammadiyah. Selain itu, pada tahun 2010, tepat 1 abad Muhammadiyah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga mendeklarasikan gerakan pencerahan yang disebut dengan Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua.
Ketiga, Islam sebagai din al-hadlarah (agama peradaban). Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 632, kata Haedar telah berkembang luas menjadi agama yang mengembangkan peradaban utama. Islam tidak hanya menjadi agama bagi penduduk jazirah Arab saja, namun menjadi agama cosmopolitan yang berkemajuan.
Kyai Dahlan dengan gerakan Muhammadiyah datang untuk memajukan peradaban. Oleh karena itu, Haedar berharap Nasyiatul Aisyiyah yang sedang bermuktamar di UMY, melakukan refleksi pembaharuan pemikiran Muhammadiyah, termasuk Nasyiatul Aisyiyah yang bersumber dari pandangan keagamaan yang membawa spirit peradaban, perubahan, dan pencerahan (Ribas).