YOGYAKARTA. suaramuhammadiyah.id-Menteri Kesehatan (Kemenkes) RI Prof Nila Djuwita Moloek menerangkan bahwa jumlah populasi manusia di Indonesia terhitung sejak pasca reformasi pengalami peningkatan sebanyak lebih dari 250 juta jiwa. Sedangkan Indonesia tercatat sekitar 150 juta jiwa penduduk Indonesia adalah mereka yang ada di usia produktif. Kader Nasyiatul Aisyiyah sebagai perempuan muda berkemajuan dengan usia produktif, memiliki tanggungjawab untuk menelurkan generasi yang produktif juga, termasuk membantu mereka yang sudah tidak lagi berada di usia produktif.
“Karena mereka yang sehat bukan berarti hanya sehat jasmaninya saja, namun juga mereka yang produktif dalam artian bisa berbuat bagi bangsanya,” tutur Nila dalam Kuliah Umum Muktamar Nasyiatul Aisyiyah XIII, “Gerakan Advokasi Perempuan dan Anak dalam Bingkai Islam Berkemajuan untuk Mencapai SDGs” pada Jum’at (26/8) di Sportorium UMY.
Baca juga: Muktamar Nasyiatul Aisyiyah XIII Resmi Dibuka
Di bidang kesehatan, menurut Nila, ada 2 tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini. Di antaranya adalah tantangan Internal yaitu dengan kondisi pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi. Sedangkan di sisi lain, di ranah eksternal fakta bahwa kita sedang berada di era dengan mobilisasi penduduk yang tinggi pun tidak dapat dipungkiri. Banyak jenis penyakit baru yang akhirnya dibawa masuk dari negara-negara lain sehingga ancaman Global Burden of Disease pun menjadi tinggi.
“Kini, mobilisasi tinggi dan penyakit mudah ditularkan. Belakangan kita mendengar virus ZIKA, Yellow Fever, bahkan ebola. Jangan sampai penduduk kita terjangkit penyakit itu,” tambahnya.
Salah satu sasaran untuk mencetak generasi produktif ini menurut Nila adalah dimulai dari memberi perhatian para ibu hamil dengan pendekatan preventif. Pemeriksaan dini penting untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan kepada si ibu selaku calon pencetak generasi masa depan terlebih si anak yang kemudian hari akan menjadi tumpuan bagi kemajuan bangsa. Nasyiatul Aisyiyah mengemban tugas tersebut.
“Jika tidak diperhatikan, banyak ibu hamil yang mengidap HIV atau penyakit lainnya yang juga akan mempengaruhi anaknya ketika lahir nanti. Anak mereka di kemudian hari berpotensi menjadi generasi yang tidak produktif,” tutur Nila.
Baca juga: Desy Ratnasari Apresiasi Nasyiatul Aisyiyah sebagai Representasi Wanita Tangguh Indonesia
Untuk memastikan kualitas kesehatan ibu dan anak, Ibu hamil sendiri menurut Nila, tidak hanya membutuhkan nutrisi yang baik. Namun, pendekatan kasih sayang untuk melatih keseimbangan otak kiri dan kanan sejak dalam kandungan.
“Tidak perlu mahal, hal-hal sederhana dan semua yang ada di alam bisa digunakan dan dimanfaatkan,” tukasnya.
Oleh karena itu, penting untuk merubah paradigma sakit kepada paradigma sehat. Yaitu, melalui tindakan pencegahan primer dengan melakukan promosi kesehatan secara terus-menerus. Tingkat jumlah anak-anak yang mengalami gizi buruk, stunting, wasting dan malnutrisi masih ada di angka yang tinggi.
“Jika kita terus membiarkan kondisi anak-anak kita yang terus mengalami berbagai masalah gizi, maka konsekuensinya kita akan kehilangan generasi,” tandas Nila (Th).