YOGYAKARTA. suaramuhammadiyah.id-Kehadiran Nasyiatul Aisyiyah sebagai pilar strategis kaum muda muslimah di tengah masyarakat mampu membangun dimensi keumatan dan memperkuat basis komunitas. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan keoptimisannya terhadap Nasyiatul Aisyiyah, karena untuk mewujudkan kemandirian bangsa, salah satu basis kulturalnya berasal dari kemandirian yang dibangun dari akar rumput yaitu komunitas.
“Mana mungkin bangsa ini bisa mandiri, jika kekuatan-kekuatan sosial yang menjadi pilar dari bangsa ini termasuk Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah, tidak punya basis kemandirian. Orang yang tidak punya apa-apa tidak akan memberikan apa-apa,” tegas Haedar saat membuka Muktamar Nasyiatul Aisyiyah XIII, Jum’at (26) di Sportorium UMY.
Menurut Haedar, hal ini adalah keniscayaan. Karena kemandirian bangsa tidak akan terwujud jika komunitas-komunitas yang ada di pedesaan ataupun perkotaan tercerabut dari akar kulturalnya khususnya akar agama. “Kita akan seperti masyarakat yang kehilangan induknya,” lanjut Haedar.
Oleh karena itu, Haedar yakin bahwa Nasyiatul Aisyiyah akan selalu kembali ke khittahnya untuk memperkuat akar komunitas dan akar jamaah. Nasyiatul Aisyiyah akan bangkit dengan program-program diniyah dan praksis-praksis sosialnya, sehingga mampu memperkuat basis-basis komunitas di masyarakat, yang kini telah tercerabut dari akarnya.
“Kemandirian lahir dari jiwa yang merdeka, jiwa yang moderat, jiwa yang bebas, jiwa yang memiliki kekuatan dan pendirian untuk meyakini akan apa yang kita miliki,” ungkap Haedar.
Muhammadiyah, dengan amal usaha yang dimilikinya menjadi kekuatan yang menjadi pondasi kemandirian. Haedar juga menegaskan bahwa Muhammadiyah pun memiliki program-program dakwah kemasyarakatan yang langsung menyentuh akar rumput. Muhammadiyah memiliki garis perjuangan yang akan terus konsisten sebagai gerakan dakwah kemasyarakatan dan keagamaan di tengah berbagai pergolakan kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Ini adalah sebuah harga yang mahal dan bukanlah sesuatu yang mudah. Dengan kemandirian ini, kita tidak akan terbawa arus perubahan rezim dan pasang surut dinamika 1 abad yang telah dilalui Muhammadiyah,” teragnya.
Haedar pun berpesan kepada para kader Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah, bahwa dengan segala modal sosial budaya, kultural dan moral yang dilmiliki Muhammadiyah, mampu dijadikan sebagai kekuatan strategis bagi Nasyaitul Aisyiyah untuk terus bergerak.
“Kalian adalah tunas-tunas baru yang membawa harapan-harapan baru. Dan mungkin ada di kondisi yang berbeda dengan generasi kami. Namun yang harus diingat, bahwa watak perubahan selalu sama, ia membutuhkan pondasi moral, pondasi spiritual dan intelektual untuk membangun peradaban,” tandasnya (Th).