JAKARTA, suaramuhammadiyah.id,- Hujan deras akhir pekan lalu di Jakarta juga menjebak Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof Dr Mahfud MD. Mesin mobil Mahfud MD tiba-tiba mati karena terendam banjir di Ragunan Jakarta Selatan.
Banjir ternyata nggak milih-milih, mobil siapapun akan terkena jika menghadangnya. Ini disadari betul oleh Mahfud MD. “Memangnya banjir tahu siapa yang guru besar atau guru kecil, siapa ketua MK dan ketua PKK? Banjir mah tak pilih-pilih orang,” katanya menghibur diri.
“Desss, mati begitu saja,” cerita Mahfud MD, Ahad (28/8/16). Kejadiannya sore hari, sehari sebelumnya.
Untuk meneruskan perjalanan, menurut Mahfud, ia terpaksa pinjam mobil dan mobil ditinggal di jalan. “Saya tak tahu apanya yang rusak. Yang tahu nanti bengkel,” katanya.
Mobilnya sendiri, menurut Mahfud, didorong ramai-ramai oleh orang-orang kampung. Kemudian dititipkan di depan toko Laundry. “Tapi, ya harus turun mesin,” kata Mahfud.
Kalau dibilang rugi ya rugi. Selain harus membengkelkan mobilnya juga harus menyewa mobil untuk memperlancar kegiatannya di Jakarta. “Saya harus bayar, harus menyewa mobil harian, dan agenda-agenda lain jadi terhambat,” kata Mahfud.
Meski rugi, semua memang harus ditanggung sendiri. “Wah, masak mobil saya terendam banjir saya harus minta tanggungjawab pada pengembang. Bagaimana caranya? Ya, saya tanggung sendiri,” kata Mahfud.
Macetnya mobil, menurut Mahfud, juga bukan salah siapa-siapa. “Bukan salah saya, bukan salah Ahok. Itu yang salah sopir. Sopir kalau disalahkan, kan, kan tak bisa apa-apa,” guraunya.
Peristiwa ini terus mengingatkannya pada kata-kata Gus Dur. “Saya jadi Presiden tak pernah ketemu banjir”, kata Gus Dur dulu. Haha ya lah Gus. Presiden kan dilewatkan di jalan yg tak banjir dan tak macet (le).