Syafii Maarif: Guru Aisyiyah yang Dibayar Murah Lebih Berhak Masuk Surga Daripada Saya

Syafii Maarif: Guru Aisyiyah yang Dibayar Murah Lebih Berhak Masuk Surga Daripada Saya

YOGYAKARTA, suaramuhammadiyah.id-Bertempat di Aula Pondok Pesantren Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, Lembaga Ma’arif Institute menggelar peluncuran dan bincang komik berjudul “Bengkel Buya: Belajar dari Kearifan Wong Cilik”. Acara yang berlangsung Senin, 29 Agustus 2016 itu turut dihadiri oleh Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarta, perwakilan walikota Yogyakarta, dinas Dikpora kota Yogyakarta dan tamu undangan lainnya.

Buya Syafii yang hadir memberikan pidato sambutan mengingatkan tentang pentingnya sikap keberpihakan kepada orang-orang yang mungkin tidak diperhitungkan, namun memegang teguh nilai-nilai integritas moral. Buya menyebut mereka adalah orang-orang yang memiliki ketajaman nurani dengan segala profesi yang dijalani.

“Kita terlalu sibuk dengan urusan politik, Tapi ada orang-orang kecil yang hati nuraninya tajam,” ujar Buya Syafii mengomentari Komik yang menceritakan tentang keseharian Buya Syafii dengan orang-orang kecil, mulai dari tukang tambal, marbot masjid, hingga sopir taksi.

Buya juga sempat menyinggung tentang para guru-guru sekolah Muhammadiyah dan Aisyiyah di pedalaman yang selalu giat mengajar dan mendidik generasi bangsa, meskipun dengan bayaran yang tidak memenuhi standar kehidupan yang layak. SD Muhammadiyah Belitung yang kemudian dinovelkan dan difilmkan dengan judul Laskar Pelangi karya Andrea Hirata merupakan salah satu contoh dedikasi guru-guru sekolah Muhammadiyah di pedalaman. Modal mereka hanya ikhlas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Guru-guru Aisyiyah yang dibayar lebih rendah, lebih berhak masuk surga dibandingkan saya,” ungkap Buya Syafii Maarif, yang juga sempat diterjunkan untuk berdakwah ke pedalaman Sumatera sebagai bagian dari dai benum atau anak panah Muhammadiyah untuk mencerahkan bangsa.

Dalam kesempatan itu, panitia juga menghadirkan kejutan, dengan mendatangkan salah satu aktor yang diceritakan Buya dalam Komik tersebut. Dia sebagai sopir taksi langganan Buya Syafii ketika dan atau dari bandara. Sahabat Buya Syafi bernama Marsudi ini merupakan mu’alaf yang sebelumnya beragama Katolik dan kemudian masuk Islam. Buya memuji Marsudi sebagai sopir taksi yang hebat, mampu bangkit dan mengatur keuangan keluarga dan komunitas taksi (Ribas).

Exit mobile version