SORONG, suaramuhammadiyah.id–– Indonesia sebagai negara dengan tingkat keragaman yang sangat tinggi merupakan anugerah. Keragaman dalam bahasa, suku, ras, etnis, hingga agama merupakan bagian dari mozaik negara kepulauan. Jika mampu dikelola dengan baik dan formulasi yang tepat niscaya akan menjadi kekuatan yang luar biasa.
Sebagai bagian dari sunnatullah, maka keragaman yang ada harusnya dimanfaatkan sebagai energy untuk saling melengkapi dan berkolaborasi. Terlebih bagi umat Islam sebagai penganut agama mayoritas di republik ini, memiliki tanggung jawab moral yang lebih untuk menjadi pelopor dan pelangsung persatuan dan kesatuan bangsa.
Hal itulah yang menjadi kesadaran Muhammadiyah dalam mengembangkan sayap dakwah pencerahan bagi semua kalangan. “Dengan demikian dakwah pemberdayaan masyarakat Muhammadiyah melalui Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) bersifat inklusif sebagai implementasi Islam yang rahmatan lil alamin,” ujar Ketua MPM Muhammadiyah M Nurul Yamin, Selasa (30/8).
Yamin mengungkapkan hal tersebut pada “Dialog Pemberdayaan Masyarakat” di Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Sorong Papua Barat terkait dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan bagi Suku Warmon Kokoda, Distrik Mayarmuk, Sorong, Papua Barat. STKIP Sorong merupakan salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang mayoritas mahasiswanya beragama non-muslim.
Sebagai narasumber kedua yaitu Ketua STKIP Muhammadiyah Sorong, Rustamaji menyatakan bahwa pemberdayaan Suku Kokoda Desa Mayarmuk Distrik Mayarmuk Sorong Papua Barat memerlukan komitmen kuat untuk mengentaskan masyarakat dari kegelapan menuju dunia inklusi yang terang dan berkemajuan.
Menurut Yamin,untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamin tersebut dibutuhkan kerja dan gerakan pemberdayaan yang tidak membedakan suku, agama dan ras, karena keragaman merupakan fitrah kemanusiaan yang harus selalu terjaga. Rahmatan lil ‘alamin dimaknai sebagai agama damai dan penyejuk bagi semua manusia, bahkan makhluk lainnya.
Muhammadiyah melalui berbagai AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) berupaya untuk mewujudkan inkusifitas. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta(UMY) misalnya dilibatkan MPM untuk melakukan pemberdayaan fisik, sosial dan keagamaan melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kegiatan yang dilakukan diantaranya pembinaan agama, pertanian terpadu, pendirian rumah baca, pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Di antara bentuk pemberdayaan yang dilakukan MPM dan bekerjasama dengan berbagai kalangan adalah pembangunan rumah permanen bagi suku asli Kokoda di Desa Warmon Distrik Mayarmuk Sorong Papua Barat sejumlah 55 unit oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan RI di atas lahan seluas 2 hektar bantuan Muhammadiyah. (Ribas)