Evolusi Pemikiran itu Hal Biasa

Evolusi Pemikiran itu Hal Biasa

YOGYAKARTA, suaramuhammadiyah—Penulis buku “Membela Islam Murni” Pradana Boy ZTF, menyatakan bahwa proses evolusi pemikiran pada pribadi seseorang atau sekelompok orang merupakan sesuatu yang biasa dan wajar. Terlebih bagi organisasi Muhammadiyah yang tidak bergantung pada individu tertentu, namun pada sebuah entitas pemikiran.

Hal itu dikatakan Boy mengomentari keresahan beberapa kalangan tentang sikap keagamaan Muhammadiyah dalam bidang fikih, yang dinilai tidak konsisten sebagaimana Kyai Dahlan. Sejak terbitnya buku ‘Muhammadiyah itu NU’, ada kalangan akar rumput yang bingung.

Menurut Boy, buku itu tidak perlu ditanggapi. Jika paham tentang Muhammadiyah, pembaca buku itu akan kritis. Justru yang perlu diresahkan adalah justifikasi penulis buku itu yang cenderung tendensius bahwa menjadi moderat sebagaimana Muhammadiyah seolah-olah adalah beban.

“Jika menyebut Muhammadiyah Syafi’iyah itu sama sekali tidak meresahkan. Karena dalam sejarah pemikiran, evolusi itu sesuatu yang sangat wajar,” ujar Boy dalam acara Kajian Malam Sabtu (Kamastu) AMM DIY, Jumat (2/9).

Dosen UM Malang ini menyatakan bahwa Kyai Hasyim Asy’ari dan Kyai Ahmad Dahlan pernah satu guru. Demikian juga dengan Kyai Mas Mansur dan Kyai Wahab Hasbullah, meskipun sama-sama berjuang di Taswirul Afkar, keduanya justru memberi pengaruh berbeda dalam organisasi NU dan Muhammadiyah.

Menurut Boy, Muhammadiyah dengan sikap moderatnya memang berbeda dengan banyak ragam keagamaan lainnya. Termasuk dengan wahabi. Selama ini, kata Boy, ketika ada yang mengolok-ngolok Muhammadiyah sebagai Wahabi, banyak yang tidak bisa menjawab.

Padahal, Muhammadiyah dan Wahabi memiliki garis perbedaan yang sangat tegas. Jika pun dipaksakan bahwa Muhammadiyah memiliki pengaruh Wahabi, maka itu sebatas pada aspek pemurnian (purifikasi) aqidahnya saja. Namun tidak dalam aspek pembaharuan sosial. Muhammadiyah menganut modernisasi dan dinamisasi sebagai konsekuensi dari gerakan tajdid.

Justru Muhammadiyah lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran rasional Muhammad Abduh dibandingkan dengan Muhammad bin Abdul Wahab. Demikian halnya, dalam penggolongan Wahabi yang terbagi dua, sebagai gerakan politik dan gerakan aqidah. “Muhammadiyah merupakan Wahabisme yang jauh dari politik sebagaimana dipraktekkan oleh Osama bin Laden,” tutur Boy. (Ribas)

Exit mobile version