Sikap dan Pemikiran itu Berubah Sesuai Konteks

Sikap dan Pemikiran itu Berubah Sesuai Konteks

YOGYAKARTA, suaramuhammadiyah.id—Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Ahmad Norma Permata, menyebutkan bahwa perilaku dan pemikiran seseorang akan selalu bergerak dinamis. Berubah sesuai dengan konteks dan latar sosial ruang dan waktu.

Menggunakan teori agency, Norma menyebut beberapa contoh perkembangan pemikiran seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh factor lingkungan di luar dirinya sendiri. Sehingga pada dasarnya, suatu produk pemikiran itu bersifat fungsional atau sesuai fungsinya bukan substantif atau melekat.

Sebagai contoh, Ibnu Taimiyah sering dipersepsikan sebagai sosok yang sangat tekstualis, kaku dan cenderung konservatif. Namun dalam pemikiran politik, di tengah konteks kehidupan bangsa Mongol, Ibnu Taimiyah sangat progresif dan menegakkan kemaslahatan umum. Sehingga terkenal ada ucapan Ibnu Taimiyah bahwa Allah akan berpihak pada pemimpin yang adil meskipun ia bukan muslim. Sebaliknya Allah tidak akan mendukung pemerintahan yang zhalim, meskipun pemimpinnya adalah seorang muslim.

Sama halnya dengan para tokoh Muhammadiyah. Menurut Norma, peneliti asing Robert Hefner pernah menyatakan bahwa Din Syamsuddin awalnya adalah sosok yang konservatif, namun ketika menjadi ketua Umum PP Muhammadiyah justru moderat kritis. Demikian juga dengan Buya Syafii Maarif awalnya adalah konservatif-idealis, namun kemudian menjadi moderat kritis ketika memimpin Muhammadiyah.

“Sikap itu tidak statis, tapi bisa dinamis sesuai konteks,” ujar Norma dalam acara Kamastu AMM DIY, Jumat (2/9). Menurut teori agency, bahwa perilaku peran bukan perilaku individu. Individu bisa satu, tapi pola perilaku bisa beragam. Norma menyebut bahwa perubahan itu ditentukan oleh actor dan struktur manusia dan lingkungan itu sendiri.

Norma mencontohkan dirinya yang memiliki peran sebagai warga masyarakat biasa yang moderat. Kemudian dia juga sebagai dosen UIN Sunan Kalijaga yang dituntut kritis, rasionalis dan bahkan kiri. Di sisi lain, ia juga sebagai ketua LPCR PP Muhammadiyah yang mengurusi masyarakat Muhammadiya akar rumput dari seluruh Indonesia, sehinga ia cenderung dikesankan konservatif.

Terkait dengan pembagian pemikiran dalam Muhammadiyah yang terbagi menjadi konservatif-radikal, progresif-liberal dan moderat, Norma menyatakan bahwa semua itu memiliki konstribusi. “Bukan niatan mereka masing-masing (untuk menjadi salah satu kubu), tapi terjebak dalam sistem intensif yang berlaku,” ujarnya. Oleh karena itu, Norma setuju dengan pendapat Boy bahwa semua kubu dalam Muhammadiyah berangkat dari titik tolak yang sama, yaitu membela ‘Islam Murni’

“Semua orang menginginkan Islam murni sesuai dengan dosisnya masing-masing dan versinya masing-masing,” ujar Norma. Sehingga dalam menyikapi keberadaan kubu progresif dan konservatif dalam Muhammadiyah, yang perlu dilakukan adalah saling mengakomodasi dan berkolaborasi. Semua memiliki konstibusi bagi Muhammadiyah. “Masing-masing kubu bisa baik bisa tidak ketika dibutuhkan, sesuai dengan kondisional,” katanya. (Ribas)

Exit mobile version