SURIAH. suaramuhammadiyah.id-Amerika Serikat dan Rusia masih menunggu momentum yang tepat untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Suriah. Di tengah krisis kemanusiaan di Suriah yang semakin memuncak, negosiasi yang dilakukan antara Sekretaris Negara AS John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam seminggu terakhir ini belum menghasilkan keputusan final.
Kedua negara telah mengupayakan gencatan senjata antara pemerintah Presiden Bassar al Assad dan kelompok pemberontak, untuk memperluas jangkauan dan akses bantuan humaniter bagi ratusan ribu rakyat sipil yang terjebak di tengah pertempuran.
“Kami membicarakan tentang permasalahan penting dalam pemberlakuan gencatan senjata. Kami telah dekat dengan kesepakatan. Akan tetapi urusan diplomasi membutuhkan waktu dalam implementasinya. Kami belum bisa mengatakan kapan kesepakatan akan dicapai,” tutur Sergei Ryabkov, wakil Menteri luar Negeri Rusia di sela-sela pertemuan G20 Summit, Minggu (4/8) dalam Aljazeera.
Setahun terakhir, Rusia telah menjadi pendukung Assad dan menjadikan para kelompok pemberontak sebagai target pengeboman. Sedangkan AS telah mendukung sejumlah kelompok pemberontak yang melakukan perlawanan di bawah bendera pembebasan tentara Suriah.
Baca juga: “Aleppo: Kami Tidak Ingin Airmata”
Presiden AS, Barrack Obama menuturkan dalam kesempatan yang sama bahwa perbedaan pandangan AS dan Rusia masih menjadi alasan mengapa keputusan final dalam negosiasi ini belum dapat dicapai.
AS dan Rusia masih beradu pandangan dalam menentukan kelompok oposisi manakah yang akan dijadikan partner operasi militer melawan kelompok ekstrimis di Suriah, termasuk kelompok manakah yang dapat dikatakan sebagai ‘kelompok ekstrimis’ di Suriah. Perdebatan sengit itu dikarenakan AS menganggap militer Rusia sebagian besar telah melakukan penyerangan kepada kelompok oposisi moderat yang dianggap mampu mendukung mereka. Sedangkan Rusia, mengaggap AS telah memberikan back-up terhadap kelompok yang berafiliasi dengan Nusra Front yang dikenal denngan Al-Qaeda di Suriah.
“Kita memiliki perbedaan dengan Rusia terkait kelompok oposisi yang akan diberikan dukungan, serta proses yang akan ditempuh untuk membawa perdamaian di Suriah.”
“Kita belum mencapai kesepakatan,” tutur Obama di sela pertemuan G20 di China.
Meskipun demikian, Obama dan Presiden Rusia Vladmir Ptin dikabarkan telah bersepakat untuk melanjutkan perundingan gencatan senjata, setelah kegagalan kedua pihak dalam negosiasi sebelumnya.
Baca juga: Rusia Sepakati Gencatan Senjata di Aleppo
Pembicaraan mengenai gencatan senjata ini meliputi: (1) Agar Rusia menahan diri untuk melakukan pemboman terhadap kelompok pemberontak (2) Agar pasukan pro-Assad mundur dari jalur Castello. Rute pemasokan utama akan dijadilan ‘Zona Demiliterisasi’ (3) AS agar berkoordinasi dengan Rusia untuk memerangi Al-Qaeda. Ketiga poin ini didapatkan dari Surat yang dilayangkan oleh utusan Washington di Suriah, Michael Ratney kepada tentara oposisi Suriah. Negosiasi antara kedua belah pihak dikabarkan akan dilanjutkan di China Senin ini.
Bulan lalu, Kerry mengatakan bahwa pembicaraan yang berlangsung dengan Rusia telah memberi titik terang terhadap jalan yang akan ditempuh selanjutnya terkait gencatan senjata di Suriah. Pembicaraan tersebut bertujuan untuk mencapai kesepakatan terakhir dalam kooperasi memerangi ISIS dan ISIL, gencatan senjata selama 48 jam untuk menberikan akses bantuan bagi rakyat Aleppo, dan mencoba untuk kembali melakukan proses perundingan politik dalam forum pembicaraan damai Geneva.
Sedangkan kelompok oposisi Suriah yang tergabung dalam Koalisi Nasional Suriah, tetap bersikeras untuk menolak adanya peran Assad dalam proses transisi dan perdamaian yang sedang diupayakan di Suriah (Th).