TEGAL, suaramuhammadiyah.id – Ada yang menarik berkaitan dengan tema besar Muktamar Muhammadiyah yang ke-47 di Makassar pada tahun lalu, yang mengangkat tema “Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan”. Dalam tausiyah yang diselenggarakan Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Kramat I bertepatan dengan pelantikan PCM dan PCA Kramat I, Ahad (4/9), Ust Faozan Amar, MM selaku sekretaris Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah mengulas tentang 5 pilar Islam Berkemajuan.
Lima pilar Islam Berkemajuan yakni Pertama, Tauhid Murni. Tauhid merupakan doktrin sentral Islam dan pintu gerbang Islam. Dengan Tauhid menurutnya, manusia mendapatkan kekuatan dan kemerdekaan dalam hidup seperti dalam QS. An-Nahl: 99-100. Awalnya, setan tidak memiliki daya untuk menguasai manusia, namun manusia sendiri yang telah membimbing setan untuk menguasai diri mereka. Kemurnian Tauhidlah yang telah menjadi sumber kekuatan Muhammadiyah untuk melawan semua bentuk penindasan dan ketidakadilan.
Kedua, pendalaman tentang Al-Qur’an dan Sunnah. Menurut Faozan Amar, beragama dalam hal ini Akidah, Ibadah, Akhlak, dan Muamalah harus berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah. Pemahaman terhadap al-Qur’an dan Sunnah harus tetap terbuka. Dengan pemahaman yang luas maka kehidupan beragama menjadi mudah, lapang dan terbuka. Puluhan ribu Amal Usaha Muhammadiyah lahir karena tuntutan dan inspirasi al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Ketiga, amal saleh fungsional dan solutif. Iman tidak sempurna tanpa amal saleh. Amal saleh bukan hanya ibadah, tapi semua karya yang bermanfaat dan merefleksikan kerahmatan Islam dan kasih sayang Allah serta solutif. Tajdid tak hanya bersifat intelektual, tetapi gerakan amal. Kisah Ahmad Dahlan mengajarkan surah al-Ma‘un. Kisah Ahmad Dahlan dan manajemen perjalanan haji.
Keempat, berorientasi kekinian dan masa depan. Lihatlah Islam sebagai realitas kekinian dan kedisinian. Menjadikan realitas konteks situasi dan kondisi utuk merancang masa depan yang lebih baik. Kisah inspiratif dan visioner dalam rapat Pengurus Muhammadiyah tanggal 17 Juni 1920.
Kelima, toleran, moderat, terbuka dan suka bekerjasama. Tidak memaksakan pikiran dan kehendak; kisah Ahmad Dahlan meluruskan arah kiblat. Menjaga keseimbangan purifikasi dan modernisasi; tidak berpikiran atau bersikap ekstrem kiri maupun kanan. (Riza A. Novanto)