Kalau kita buka lipatan sejarah Islam, maka akan tersua bahwa sejarah kurban yang dirayakan hari ini dimulai oleh Nabi Ibrahim as yang telah melakukan satu pengorbanan yang sangat besar dalam sejarah peradaban manusia, menyembelih anak tercinta. Bagi kita umat Islam sikap hidup Ibrahim sewajarnya dijadikan pedoman dalam menghadapi kehidupan kontemporer yang penuh dengan tantangan. Hal ini seperti firman Allah SwT di dalam surah al-Mumtahanah ayat 4:
Sesungguhnya Ibrahim dan orang yang bersamanya adalah contoh tauladan untuk kamu
Seperti diketahui Nabi Ibrahim berpuluh tahun berdoa agar diberikan anak yang akan melanjutkan dakwah dan risalah Allah untuk disampaikan kepada umat manusia. Sehingga Ibrahim selalu melantunkan kata-kata dalam doa:
“Ya Tuhanku berilah aku anak yang shalih,” (Qs ash-Shaaffaat: 4).
Menurut Ibn Kathir doa ini dilantunkan Ibrahim kepada Allah SwT agar dia diberikan anak yang shalih, taat dan patuh serta teman yang akan menghibur dan menemani dirinya setelah terpisah jauh dari keluarga. Bagi Ibrahim anak itu bukan sekedar orang yang akan melanjutkan keturunan. Bukan orang yang akan mewarisi harta, namun yang terpenting anak harus mampu mewarisi iman dan agama.
Prinsip inilah yang semestinya kita jadikan contoh dalam mendidik anak. Orang tua harus menyadari bahwa anak itu bukan sekadar orang yang akan mewarisi kebun sawit, kebun getah, perdagangan atau deposito di bank. Namun yang paling penting adalah anak itu mampu mewarisi agama dan iman yang kita miliki. Kita boleh bangga memiliki anak-anak yang kaya, berilmu atau sarjana. Namun sesungguhnya yang harus kita pikirkan lebih lanjut adalah apakah anak-anak kita faham akan agama? Apakah sesudah kematian kita nanti anak-anak itu masih rukuk dan sujud kepada Allah? Ini yang harus direnungkan dari lubuk hati yang terdalam.
Kalau orang tua kita dahulu masih mampu menitipkan ruh iman di dalam jiwa kita, apakah kita masih mampu mewariskannya kepada anak dan cucu.
Hadirin dan hadirat para undangan Allah yang terhormat.
Setelah lama menunggu dengan penuh kesabaran, doa Ibrahim as dikabulkan oleh Allah sebagaimana dikatakan di dalam firmanNya:
“Lalu kami berikan kepada Ibrahim kabar gembira dengan akan lahirnya seorang anak yang baik,” (Qs ash-Shaaffaat: 5).
Anak itu lahir dan diberi nama Ismail, seorang anak yang sehat dan cerdas. Kehadiran Ismail bagaikan hujan turun setelah kemarau berkepanjangan. Ismail menjadi penghibur duka, pelipur lara, si tawar si dingin bagi orang tuanya. Penghibur hati pengobat jiwa.